Tantangan iman

Hari Minggu Biasa XIII/ Tahun C
Inspirasi Bacaan dari :
Zak. 12:10-11; Gal. 3:23-29; Luk. 9:18-22

Seorang pemburu sedang mencari jejak singa di hutan. Ia bertemu dengan seorang penebang kayu dan bertanya, apakah ia mendapati jejak kaki singa di hutan itu, atau sekurangnya dapat menunjukkan ke arah mana ia dapat menemukan jejak singa. “Oh ya” kata penebang kayu itu, “saya akan mengantar anda ke kawanan singa di hutan ini.” Pemburu itu terperanjat dan terkilas perasaan takut di wajahnya. Ia berkata, “tidak perlu, saya tidak meminta hal itu; saya hanya mencari jejaknya, bukan singanya”. Di dalam hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama, kita sering seperti pemburu itu. Kita menyanggupi sesuatu, tetapi ketika ada dampak dari pengakuan itu, kita mundur. 

Inilah yang kita jumpai di dalam kutipan injil minggu ini. Petrus, yang tampil mewakili para rasul lainnya, dengan tepat mengakui imannya akan Yesus sebagai Mesias yang dinantikan. Ketika Yesus menyampaikan kepadanya dan kepada para murid lainnya tentang hal-hal yang terkait akan mesianitas-Nya, mereka mulai mundur. Dengan mengakui Yesus sebagai Mesias, para murid menunjukkan diri bahwa mereka telah melampaui pemahaman orang kebanyakan yang menganggap Yesus tidak lebih dari seorang nabi. Maka Yesus secara bertahap mulai menyampaikan kepada mereka implikasi dari apa yang baru saja mereka akui: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:22)

Namun para murid belum siap akan hal ini. Mereka mencari jejak singa dan Yesus menawarkan mereka untuk berhadapan langsung dengan singa. Tetapi mereka mulai menarik diri. Penarikan diri ini lebih dramatis lagi di dalam injil Matius, ketika Petrus menarik Yesus ke samping dan mencoba untuk mencegah Yesus berbicara tentang penderitaan dan kematian yang akan dialami-Nya. Tetapi Yesus menghardiknya sebagai Setan, karena hanya melihat melulu dari sudut pandang manusia, bukan apa yang dilihat Allah. 

Versi Lukas tentang kisah yang kita baca hari ini terfokus pada para murid sebagai keseluruhan dan bukan hanya pada Petrus secara pribadi. Ini barangkali menjadi penjelasan, mengapa Lukas tidak mencantumkan dialog yang terjadi antara Yesus dan Petrus setelah Petrus mengadakan pengakuan yang sangat penting. Lukas baru menonjolkan penarikan diri para rasul pada kisah penangkapan , penderitaan dan kematian Yesus, yang menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti implikasi iman yang mereka akui akan Yesus sebagai Mesias. 

Petrus dan para murid dipuji oleh Yesus karena keberanian mereka untuk membentuk paham sendiri. Yesus menampakkan bahwa ia mengharapkan para muridnya untuk membentuk pemahaman sendiri ketika Ia bertanya mula-mula “Kata orang siapakah Aku ini?” (ay. 18), lalu pertanyaan yang paling penting: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (ay. 20). 

Para murid haruslah mencari tahu akan pemikiran yang beredar di dalam isu-isu yang ada. Hal itu dapat diperoleh dengan membaca buku, mendengar radio, menonton televisi atau mencarinya di internet. Namun di atas semuanya itu, para murid haruslah, di dalam terang iman dan pewahyuan kristiani, membentuk pemahaman sendiri. Orang-orang Kristen tidak boleh hanya mengamini kata-kata orang dan menjadikannya kata hati mereka sendiri. 

Inilah yang dimaksukan Paulus dalam Rom 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Sebagai orang beriman, Yesus mengharapkan kita untuk mengetahui apa yang orang-orang di sekitar kita pikirkan, tetapi tidaklah penting untuk mengakui apa yang mereka pikir. Seperti yang ditunjukkan para nabi dahulu, kesetiaan kepada Allah menuntut bahwa orang mengikuti suara Allah di dalam dirinya, itulah suara hati,  lebih daripada pendapat popular. 

Namun begitu, merenungkan apa yang Allah sampaikan kepada kita hanyalah membentuk sebagian dari tantangan kita sebagai orang kristiani. Hal  yang kedua dan bahkan merupakan bagian yang paling penting adalah mengikuti implikasi dari sabda Allah itu dengan setia di dalam hidup sehari-hari. Inilah hal yang sulit. Inilah hal menghadapi singa – singa yang harus dihadapi sebelum keadilan dan damai dapat diwujudkan. Banyak orang lebih suka seperti pemburu tadi, hanya mencari jejak singa dan tidak mau menghadapi singa itu sendiri. 

Pemburu demikian tidak akan menangkap apa-apa sampai akhir hari. Kita semua diundang untuk menjadi seperti para murid, mewartakan iman akan Kristus. Marilah kita berjanji kepada Allah bahwa kita tidak akan mundur ketika implikasi dan tantangan iman muncul di dalam hidup harian kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”