Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Makna Adven yang sering terlupa

Gambar
S ecara umum kita memahami masa adven sebagai suatu masa untuk mempersiapkan diri guna perayaan Natal, hari raya kelahiran Tuhan Yesus. Pemahaman itu tidak salah, namun kurang lengkap. Sebab selain bermakna sebagai masa untuk persiapan menyambut perayaan kelahiran Tuhan Yesus, masa adven bagi kita semua sebenarnya juga suatu masa yang mengajak kita mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan Yesus untuk yang kedua kalinya, yaitu saat Dia datang dalam kemuliaanNya sebagai Raja Agung yaitu pada akhir jaman. Harus kita akui bahwa seringkali makna kedua dari masa adven tersebut, yaitu mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya sering luput dari perhatian kita. Pada masa adven ini kesibukan hati dan pekerjaan kita seringkali terlalu kita fokuskan untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin agar perayaan hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus di lingkungan, wilayah dan paroki kita pada tahun ini jauh lebih meriah dan mengesan daripada perayaan-perayaan tahun sebelumnya. Dan

MENANTI KEDATANGAN SANG MESSIAS

Gambar
Hari Minggu Adven I/  Tahun B/I Oleh Pastor Sani Saliwardaya, MSC Inspirasi Bacaan: Yes. 63:16b-17, 64:1, 3b-8; 1Kor. 1:3-9; Mrk. 13:33-37 S aya termasuk salah seorang di dunia ini yang kurang memiliki kesabaran untuk menunggu. Bagi saya, yang lebih menyukai keteraturan, kerapian, dan ketepatan waktu, pekerjaan menunggu bukan hanya membosankan tetapi merupakan suatu siksaan berat. Saya menjadi gampang uring-uringan & “stress” ketika menunggu, apalagi jika yang ditunggu tiba-tiba membatalkan janjinya. Bentuk “stress” itu tampak dengan gejala “jalan mondar-mandir” dengan muka masam, sering ke toilet, berkeringat. Kalau sudah begitu, biasanya saya tidak mau diganggu sampai yang ditunggu muncul. Ada suatu pengalaman menarik yang kemudian membuat saya menjadi “sedikit” lebih sabar menunggu, walaupun masih dengan muka masam. Suatu hari, saya dan beberapa rekan imam serta umat membuat janjian untuk mengadakan rekreasi bersama. Kami merencanakan untuk pergi ke daerah pegununga

Melayani Yesus sang Raja Semesta Alam dalam sesama

Gambar
Sejalan dengan semakin berkembang dan matangnya peradaban hidup manusia kita merasakan bahwa tingkat apresiasi atau penghargaan terhadap harkat dan martabat luhur manusia semakin berkembang juga. Dalam konteks masyarakat dimana kita hidup misalnya saja, kita dapat merasakan hal itu dengan adanya aneka issue atau pokok pembicaraan yang aktual dalam masyarakat kita, misalnya: perlindungan terhadap hak-hak anak, perlindungan terhadap para buruh kasar, perlindungan terhadap hak-hak perempuan atau wanita mulai dari hidup dalam keluarga sampai dalam hidup bermasyarakat dan masih banyak lagi contoh yang dapat kita tampilkan. Situasi tersebut di atas kadang menimbulkan krisis baru dalam kehidupan beriman bagi manusia. Krisis itu misalnya saja muncul dalam pertanyaan-pertanyaan kritis yang sering muncul sebagai berikut: apakah agama atau ajaran agama masih relevan dalam kehidupan manusia modern? Bukankah pesan yang sering ditemukan dalam ajaran agama tentang perlu dan pentingnya menghargai

TAHU DIRI SEBAGAI PELAYAN....

Gambar
Ada kecenderungan dalam diri kita untuk cepat berpuas diri bila telah berhasil melakukan suatu tugas atau tanggungjawab, dan setelah itu meminta apresiasi dan tanggapan positif dari pemberi tugas, pimpinan misalnya. Bahayanya kita akan sangat kecewa bila karya dan pekerjaan kita tidak diapresiasi dengan selayaknya. Untuk hal umum dalam hidup masyarakat hal tersebut dianggap wajar, tetapi tidak dalam konteks kehidupan sebagai pengikut Yesus, apalagi dalam karya pelayanan. Mengapa? Sebab segala sesuatu yang kita kerjakan dan lakukan hanya ekspresi dan penyaluran dari rahmat dan berkat yang telah diberikan Tuhan sendiri. Karena itu sepertinya tidak pantas kita tuntut ucapan terimakasih dan apresiasi dari mereka yang kita layani, apalagi dari Tuhan sendiri. Kata-kata Yesus “hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” bukan untuk menyepelehkan segala kerja dan jerih-lelah kita. Tetapi menyadarkan kita kepada siap

Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman

Gambar
Silvester lahir di Osimo, Italia pada tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hukum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile. Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang

Jangan berkecil hati

Gambar
Seorang guru Sekolah Dasar membagi kertas kosong kepada seluruh muridnya. Kemudian ia meminta masing-masing anak menulis sebuah angka di kertas tersebut. Setelah semua anak menulis, guru tersebut memerintahkan kepada mereka yang  menulis angka 1 untuk mengangkat kertasnya, lalu beberapa anak yang menulis angka 1 mengangkat kertasnya. Demikian seterusnya sampai angka 9. Namun ada seorang anak yang dari awal tadi tidak mengangkat kertasnya. Guru bertanya: “ Kenapa  kamu dari tadi tidak angkat kertas?.  Si murid menunjukan kertasnya , ternyata ia menulis angka “0“ (nol), melihat itu teman-temannya tertawa karena cuma ia sendiri yang menulis angka nol. “Mengapa kamu memilih angka nol nak?”, tanya guru. Dengan percaya diri murid menjawab: “Nol memang tidak bernilai Bu, tetapi angka-angka lain yg dipilih teman saya itu akan menjadi BESAR nilainya bila ia mau “menggandeng” angka nol saya yg tak bernilai ini Bu”. Dalam kehidupan sehari-hari, jangan berkecil hati bila kita dianggap “Nol” o

Apakah bisa hidup tidak berdosa selama 1 jam saja?

Gambar
Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya, “Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?”. Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata, “Tidak, nak”. Putri kecil ini kemudian balik memandang ayahnya dan berkata lagi, “Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?” Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya. “Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan?” Ayahnya tertawa, “Mungkin tidak bisa juga, nak”. “OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja?” Akhirnya ayahnya mengangguk, “Kemungkinan besar… bisa, nak ” Anak ini tersenyum lega. “Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah. Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar….” Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati. Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan car