"Hai Anak Muda, Aku Berkata Kepadamu, Bangkitlah!"

Saudara-saudari terkasih, khususnya teman-teman muda sekalian, dalam Lukas 7: 11-17, Santo Lukas mengisahkan sebuah mukjizat yang dikerjakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam kisah mukjizat tersebut diceritakan bagaimana Yesus membangkitkan seorang pemuda – anak seorang janda dari Nain – yang telah meninggal dunia. Tuhan merasa sedih melihat sang janda, yang anak satu-satunya telah mati itu. Karena kasih-Nya, Tuhan kita kemudian menjamah anak muda tersebut dan mengembalikan hangatnya kehidupan ke dalam raganya.
“Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Inilah kata-kata Yesus kepada orang muda tersebut. Perintah Tuhan ini didengar oleh anak muda tersebut. Dan karena itulah, anak muda ini kembali dari dunia kematian untuk melaksanakan perintah Tuhan kita. Disana kita semua, terutama orang muda, diajak untuk mengingat bahwa kita diwariskan sepercik api gairah, yang semestinya memancar dalam kehidupan orang muda, seturut indahnya dinamika hidup yang dihadapi dengan segala macam kebutuhan dan tantangan yang ada.
Memang, keberadaan kaum muda biasanya diidentikkan dengan kobaran gairah, kreativitas, dan harapan masa depan. Kaum muda seringkali diposisikan sebagai generasi para penerus, gerenasi yang pada waktunya nanti akan mengemban estafet pengembangan kehidupan, dan dengan demikian berarti juga pengembangan dunia. Kaum muda katolik tidak lepas juga dari kelompok tersebut.

Kaum Muda dan Iman
Kaum muda terkasih dan saudara-saudari sekalian, bulan ini kita bersama-sama memperingati hadirnya Allah ke dalam dunia. “Emanuel, Allah beserta kita”. Bersama kita memperingati bagaimana Allah menjadi seperti kita, manusia, melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, Tuhan kita. Dalam Peristiwa ini, kita diajak mengenangkan kembali Bapa Yosef dan Bunda Maria. Dalam peristiwa iman ini kita diajak kembali mengingat bahwa khususnya melalui Maria, Bunda kita, sang Sabda itu telah menjadi Manusia. Dalam diri manusia Maria ini, benih Ilahi tumbuh dan berkembang dan menjadi anugerah yang sungguh berlimpah kepada seluruh umat manusia.
Vere Homo, Homo Verus. Benih Ilahi ini menjadi sungguh-sungguh manusia. Dan sebagai manusia, Ia menjadi teladan manusia yang hidup benar di hadapan Allah. Manusia tidak hanya dipercaya menghadirkan benih Ilahi itu, namun juga mendapatkan anugerah untuk menumbuh-kembangkan benih itu. Dalam diri manusia Yesus, sang Sabda menjelma menjadi Allah yang sungguh nyata terlibat dengan segala pengalaman manusia.
Maria sebagai teladan umat beriman mengajarkan kepada kita semua bahwa manusia, sekecil dan serapuh apapun, membawa dalam dirinya benih Ilahi, yang menunggu untuk dirawat dan dikembangkan. Benih ilahi ini tertanam dalam setiap sanubari kehidupan, agar dengannya manusia, dan akhirnya seluruh kehidupan, diarahkan kepada Allah dan memuliakan sang Sumber kehidupan sendiri.
“Hai anak muda, Aku berkata kepadamu bangkitlah!” Sabda ini menjadi undangan bagi kita semua, terutama orang muda katolik itu sendiri. Untuk menghargai hidup yang kita miliki sebagai undangan untuk datang kepada Allah, serta untuk terlibat dalam karya Allah di dunia sejak saat ini. Kita semua diundang untuk mengisi dan mewarnai kehidupan, agar menjadi semakin berkembanglah hidup bersama.

Tantangan Hidup Orang Muda
Setiap manusia memiliki tantangan dan dinamika masing-masing. Tidak jarang pula, tantangan ini menjadi milik sebuah generasi secara umum. Acapkali pula, tantangan ini menjadi sebuah keprihatinan yang membutuhkan banyak pikiran dan perhatian. Begitu pula dengan orang muda. Tuntutan hidup dan berbagai tawaran kehidupan kiranya membentuk pula orang-orang muda menjadi 'anak-anak zaman' dengan segala cirinya. Suasana kehidupan ini seringkali juga ditemukan sebagai sebuah nilai atau kriteria hidup yang diarah dan dicoba dicapai oleh orang muda sendiri.
Pada jaman ini, orang muda hidup dalam suasana yang memiliki berbagai kemungkinan namun sekaligus juga kewajiban. Saat ini, orang muda seringkali tenggelam dalam kesibukan hidup mereka sendiri baik itu dunia studi maupun pekerjaan, meski kadang ada pula yang menimbulkan keprihatinan karena hidupnya yang seolah ogah-ogahan. Seringkali, orang muda secara realistis mengatakan bahwa keterlibatan mereka dalam kegiatan menggereja tidak memiliki dampak perkembangan bagi diri mereka pribadi, misalnya untuk mendapatkan pekerjaan.
Dalam dunia orang muda sendiri umumnya terdapat beragamnya komunitas. Komunitas ini terentang dari komunitas teritorial gerejawi, sampai pada komunitas-komunitas kategorial, bahkan sampai komunitas yang terjadi karena pertemanan. Keragaman komunitas di kelompok orang muda tentu menjadi kekuatan tersendiri bagi orang muda sendiri untuk mengembangkan diri, sekaligus juga bagi gereja. Namun, kemajemukan ini seringkali kurang dibarengi dengan kesadaran sebagai satu warga Gereja yang sama.
Oleh karena itu, pentinglah pelbagai macam persoalan ini direnungkan dan disikapi dengan bijak. Selain itu, sangatlah dibutuhkan keterlibatan semakin banyak orang untuk memikirkan, bagaimanakah persoalan-persoalan ini mestinya ditanggapi.

Mulailah Saat Ini !!
“Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Undangan ini berlaku saat ini juga. Seperti pemuda dari Nain ini, kitapun diminta bangkit, mulai dari sekarang. Perlulah kiranya disadari, bahwa kaum muda sebagai masa depan Gereja adalah juga masa kini Gereja. Masa depan terbentang luas. Namun, masa depan tidak dibentuk dalam cita-cita dan idelaisme belaka. Masa depan dibangun pada masa hidup kita.
Masa depan yang luas dan menjanjikan tersebut akan memiliki arti bila masa depan itu dibentuk, diberi media untuk tumbuh, sejak saat ini. Oleh karena itu, keterlibatan dan pendampingan bagi kaum muda menjadi tanggung jawab bersama, juga dalam hidup kita saat ini. Undangan Tuhan kepada pemuda di Nain menjadi undangan pula bagi setiap orang muda. Namun, undangan itu juga merupakan tanggungjawab setiap anggota Gereja semua. Kaum muda adalah bagian warga Gereja dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki kaum muda, baik sebagai pribadi maupun dalam kebersamaan. Dalam keadaan itu, sangatlah dibutuhkan perhatian dan kemurahan hati.
Perhatian dan kemurahan hati, agar mereka bisa belajar menjadi generasi penerus Gereja. Dalam pada itu, berarti pula pengertian dan kesabaran untuk membantu berkembang, meskipun kadang mereka ini jatuh dalam kekeliruan. Orang berkata 'belajar tak mungkin tanpa kesalahan'. Namun, kaum muda sendiri, berupayalah membuat yang terbaik bagi diri anda sendiri dan semua saudara beriman. Kemurahan hati yang ditunjukkan mesti dibarengi dengan tanggungjawab pribadi, supaya kemurahan hati itu tidak diselewengkan menjadi kesempatan untuk hidup bermalas-malasan. Meskipun kadang mereka sungguh ingin menampilkan jati diri kemudaannya, janganlah melupakan warisan iman yang terbukti nyata mengembangkan kehidupan menggereja. Harapan kita bersama, semoga dengan demikian, Gerejapun tumbuh menjadi naungan bagi setiap jiwa. Kini, maupun di masa yang akan datang.
(Mopoer pr)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”