Hari Raya tritunggal mahakudus


Hari Raya Tritunggal Mahakudus dirayakan hari ini, tepat seminggu sesudah Hari Raya Pentakosta. Hari ini, kita umat beriman bersama-sama mencoba merenungkan dan meresapi akan misteri Allah yang paling agung ini.

Memang bukan hal yang tabu lagi, kita para umat beriman masih kebingungan bila dihadapkan akan pertanyaan-pertanyaan bersoal Tritunggal Mahakudus. Bahkan para imam yang akan membawakan khotbah dalam misa ini pun terkadang juga harus membuka materi-materi seminarinya yang mengajarkan tentang Tritunggal Mahakudus. Kenapa membingungkan? JELAS! Bagaimana mungkin Allah bisa ada 3? Jika Tritunggal Mahakudus, maka berarti kalau dianalogikan dalam Matematika adalah 1+1+1=3?

Aku bisa menjawab , TIDAK!
Tritunggal Mahakudus adalah misteri Allah yang paling agung, jauh melampaui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Tak bisa dianalogikan dengan apapun, bahkan dalam rumus Matematika sekalipun. Lalu, bagaimana kita bisa menjelaskan hal ini?
Jujur karena aku bukan pakarnya, aku berikan link ini pada kalian semua, di sini. Di sini dijelaskan secara gamblang tentang Tritunggal Mahakudus. Aku berani mengatakan bahwa aku bukan pakarnya, karena memang, daya otakku sangat terbatas untuk memahami tentang misteri keagungan Allah tersebut. Sama halnya dengan kalian yang membaca artikel ku ini. Otak kita semua terlalu kecil, tidak sebanding dengan Allah yang begitu besarNya, bahkan jauh lebih besar daripada alam semesta ini

Hari Raya Tritunggal Mahakudus dilatarbelakangi oleh bidaah (ajaran sesat) Arian pada abad ke-4.  Arius percaya bahwa Kristus adalah makhluk ciptaan, dan dengan menyangkal keilahian Kristus, dia menyangkal pula bahwa ada Tiga Pribadi dalam satu Hakikat Allah. Penentang Arius adalah St. Athanasius yang tetap memegang ortodoksi iman dengan menuliskan suatu Syahadat Iman yang sampai saat ini tetap diakui oleh Gereja Katolik. (Walaupun banyak opini yang menyatakan bahwa Syahadat ini sebenarnya bukan ditulis oleh St. Athanasius). Hari Raya Tritunggal Mahakudus dipopulerkan di Inggris oleh St. Thomas Becket (1118-1170) setelah mendapat izin otoritas gerejawi. Hari Raya Tritunggal Mahakudus diresmikan menjadi hari raya Gereja universal oleh Paus Yohanes XXII (1316-1334).

Ada sebuah kisah menarik yang dialami sendiri oleh St. Agustinus. Semasa mudanya, dia adalah seorang atheis yang selalu menyela segala hal tentang Allah dengan logikanya.

Dikisahkan, ketika St. Agustinus sedang berjalan-jalan di pantai sambil merenungkan Misteri Tritunggal, ia melihat seorang anak yang telah menggali lubang kecil di pasir dan bolak balik ke dan dari laut membawa air yang dituangkan ke dalam lubang itu. St. Agustinus bertanya kepadanya: “apa yang sedang engkau kerjakan?”

“Saya akan menuangkan seluruh isi lautan ke dalam lubang ini,” jawab anak itu.

“Itu tidak mungkin, seluruh isi lautan tidak akan tertampung di dalam lubang kecil yang kaugali,” kata St. Agustinus.

Anak itu menjawab: “Dan Engkau tidak akan dapat menampung Misteri Tritunggal di dalam otakmu yang kecil.” Kisah ini berakhir dengan hilangnya anak itu seakan St. Agustinus telah berbicara dengan seorang malaikat.

Kisah tersebut menceritakan tentang ketidakmampuan akal budi manusia untuk memahami Misteri Tritunggal. Tritunggal Mahakudus bukanlah suatu doktrin akademis, tetapi suatu realitas terdalam  kehidupan iman kita. Itulah realitas hidup Ilahi, yakni Allah beserta kita, Allah di dalam kita yakni Bapa, Putra, dan Roh Kudus yang aktif di dalam diri kita. Kita mengambil bagian dalam hidup Ilahi itu, yang memberi perspektif hidup beriman kita di dunia.

Dengan demikian, pada hari Raya Tritunggal Mahakudus ini, kita diundang untuk merenungkan dan menimba kekayaan Tritunggal Mahakudus. Ada dua hal pokok yang perlu kita renungkan yakni: pertama, kita disadarkan akan rahmat baptisan yang telah kita terima. Sakramen Permandian menandai kita sebagai seorang anggota Gereja dan terutama karena kita telah diangkat menjadi “anak Allah”. Dengan menjadi “anak Allah”, dosa asal kita pun telah dihapuskan oleh rahmat baptisan itu. Inilah identitas penting bagi setiap orang Katolik/Kristiani. Tentu saja hal ini membawa konsekuensi bagi hidup kita, yakni hidup selaras dengan panggilan itu. Kedua, setelah kita disatukan dengan Allah Tritunggal lewat Sakramen Permandian, kita diutus untuk mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah. Pewartaan itu telah menjadi bagian dalam hidup kita sendiri. Kita diutus untuk menjadi Nabi-Nabi Cinta Kasih, menjadi saksi akan Kasih Allah kepada dunia. Kita membaptis dunia ini lewat kesaksian hidup kita di tengah dunia yang sedang bergolak ini. Kesatuan kita dengan Allah Tritunggal itulah yang harus selalu kita mantapkan dengan selalu membuka hati bagi karunia Allah yang tak kunjung henti itu. Memang tidak mudah untuk mengerti Misteri Agung Tritunggal Mahakudus itu, namun yang dibutuhkan adalah Kerendahan Hati untuk menyadari keterbatasan kita dan keagungan Allah. Siapkah kita untuk menjadi pewarta kasih di jaman sekarang ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”