Sebuah Timun
Dwi (anak jalanan di  grogol). Dwi adalah salah satu anak bimbingan belajar saya  ketika saya masih pelayanan di kolong grogol setiap hari minggu. Nah, pada satu waktu, ketika setelah waktu belajar  selesai, saya melihat dia sedang duduk, di tangannya terdapat sepotong timun  sayur (timun yang biasa dijadikan lalap) dan dia sedang asik makan timun  tersebut (Saudara pernah makan timun sayur mentah dengan kulitnya?)
Kemudian dengan bercanda saya memanggil dia “Dwi,  sedang makan apa? Wah...sombong ya, makan sendiri nih ceritanya, kakaknya ndak ditawarin..” Si Dwi cuma cengegesan saja, lalu saya kembali  sibuk membantu mengajar anak-anak  yang belum menyelesaikan  pelajarannya. Tetapi selang beberapa waktu kemudian, tahu2 saya  dicolek dari belakang, dan ternyata kali ini di tangannya si Dwi membawa 2 buah  timun sayur, kemudian sambil menyerahkan salah satunya dia berkata “Ini buat kakak.”.
Saya sedikit kaget, dan saya tanya “ Dwi, kamu beli timun ini dimana?” Dengan santainya dia menjawab “Di tukang sayur  belakang terminal grogol kak.”. Saat itu saya cukup shock karena ternyata demi  membelikan saya sebuah timun sayur, anak kecil tersebut berjalan kurang lebih 2  km bolak balik dari kolong grogol ke tukang sayur di belakang terminal, hanya  untuk memberikan saya sebuah timun! Lalu saya tanya kembali,” Dwi, kamu belum makan  siang ya?”
Jawabnya,” Belum kak” Lalu saya katakan,” Dwi, kita ke Citraland aja yuk,  kita makan disana, Dwi mau kan makan McDonald?” Dia menggelengkan kepalanya,” Gak mau  kak” Saya tetap bersikeras mengajak dia makan,dan sejujurnya saya sudah bertekad apa pun yang dia mau makan, mau McDonald sampai Sizzler saya rela tukar sama timun sayur tersebut, tetapi dia tetap tidak mau dan dia berkata “Udah kak, Dwi pokoknya gak mau makan di Citraland, Dwi maunya duduk disini saja sambil ngobrol sama kakak” Saat itu saya pribadi merasa sangat tersanjung dan terharu saudara, karena anak ini tidak melihat saya sebagai “Kakak  berduit yang bisa memberikan McDonald” , tetapi dia tidak perduli dengan  McDonald maupun segala macam makanan mahal yang bisa saya belikan,tetapi  dia tukar semua hal tersebut dengan duduk-duduk di kolong sambil ngobrol bersama  saya. 
Entah kenapa sepertinya saya merasa Tuhan sedang mengajar saya suatu hal, Tuhan adalah Allah yang penuh kasih, dan dia adalah Tuhan yang sanggup memberikan apa saja kepada kita, dan dalam kejadian tersebut seakan2 Tuhan menunjukkann”Carlo, begini lho perasaan kalau seseorang  mengasihi engkau BUKAN karena apa yang engkau bisa berikan padanya, BUKAN  karena apa yang kau miliki, tetapi sungguh2 mengasihi engkau sebagai satu  pribadi “  Karena kejadian tersebut, si Dwi menjadi salah satu  anak kesayangan saya di grogol, bahkan sampai sekarang. Dan dalam kejadian tadi saya menjadi mengerti  tentang arti sebuah persembahan, karena walau hanya dengan sebuah timun yang  seharga lima ratus rupiah, apabila diberikan dengan hati yang tulus, timun  itu lebih berharga daripada McDonalds, Sizzler maupun makanan2 yang teramat  sangat mahal! Saudara ingin menjadi anak kesayangannya  Tuhan? Persembahkanlah apapun dari yang engkau miliki dengan tulus, bukan karena  Kristus adalah Tuhan yang sanggup memberkati engkau berlipat-lipat kali dari persembahanmu, Tuhan yang sanggup mengangkat sakit penyakitmu dan memulihkan  keluargamu, tapi cukup berikan persembahanmu dengan tulus kepada Tuhan karena  engkau mengasihi  Dia, walau persembahanmu itu tdk akan pernah kembali seumur hidupmu,walau sakit penyakitmu tdk kunjung sembuh,walau keluargamu tidak kunjung dipulihkan!
Saat itu tanpa ia sadari, Dwi telah mengajar saya  tentang hubungan dengan Tuhan, tentang bagaimana kita harus mengasihi Tuhan  bukan karena Ia adalah Tuhan yang kaya,Tuhan yang bisa melakukan hal-hal yang  mustahil, dan seterusnya, dan seterusnya, tetapi kita harus mengasihi Tuhan karena Ia adalah Tuhan!  Titik.
Dia akan memberkati walaupun engkau tidak diberkati, mengasihi walaupun engkau tidak  dikasihi, mengampuni walaupun semua orang menolak engkau*

Komentar
Posting Komentar