Hari Doa Panggilan Sedunia

Minggu Paskah IV, 29 April 2012
Tema:
PANGGILAN SEBAGAI ANUGERAH KASIH ALLAH

DI dalam hati kita sebagai sebidang tanah garapan, Allah menanam terlebih dahulu benih kasih bagi kita, dan dari benih ini muncullah tunas-tunas kasih satu kepada yang lain. (Paus Gregorius Agung dalam Moralium Libri Sive Expositio in Librum).

Tubuh manusia terdiri atas bagian-bagian tubuh yang mempunyai fungsinya masing-masing. Bagian-bagian itu tak tergantikan oleh bagian yang lain. Bagian yang satu tergantung dari bagian yang lain. Mata, misalnya, mempunyai fungsi untuk melihat, dan mata tak tergantikan oleh kaki. Kaki mempunyai tugas untuk berjalan dan tak tergantikan oleh mata. Kaki tidak dapat melihat, maka untuk melihat kaki tergantung pada mata, dan sebaliknya untuk berjalan mata tergantung pada kaki, dan seterusnya.

Demikian juga dalam masyarakat manusia, masing-masing mempunyai tugas dan panggilannya (Inggris; vocation) sendiri-sendiri. Ada yang menjadi tentara, ada yang menjadi pedagang, dan sebagainya. Ketika akan maju berperang seorang tentara pamit kepada keluarganya: “Saya mohon doa restu, saya akan menjalankan tugas panggilan saya membela Tanah Air.” Sehubungan dengan panggilan ini, Gereja mengkhususkan satu hari untuk merayakannya, yaitu Minggu Paskah IV sebagai Hari Minggu Panggilan.

Masa Paskah yang lamanya 50 hari itu terdiri atas rangkaian peringatan. Untuk tahun ini Minggu Paskah I (8/4) memperingati Yesus bangkit; Minggu Paskah II (15/4) memperingati Hari Minggu Kerahiman Ilahi; Minggu Paskah IV (29/4) memperingati Hari Minggu Panggilan, Hari ke-40 (17/5) memperingati Yesus naik ke surga; hari ke-50 atau hari Pentakosta memperingati Roh Kudus turun atas para Rasul.

Menurut “Pesan Bapa Suci dalam Hari Doa Minggu Panggilan ke-49), tema Hari Doa Panggilan Sedunia untuk tahun 2012 adalah: ‘Panggilan sebagai Anugerah Kasih Allah’’.

Dalam pesannya itu Sri Paus Benediktus XVI mempertegas ensikliknya yang berjudul Deus Caritas est (Allah adalah Kasih); Sumber segala karunia yang sempurna adalah Allah. Dia-lah Kasih itu sendiri – Deus Caritas est : “…..barangsiapa tinggal di dalam kasih, tinggal di dalam Allah dan Allah tinggal di dalam dia” (1Yoh.4:16).

Selain itu Sri Paus juga menyitir tulisan-tulisan para kudus. (1) Santo Paulus mengatakan bahwa Allah dalam diri Putera-Nya, “telah memilih kita sejak sebelum penciptaan dunia, untuk menjadi kudus dan tak bercela di hadapan-Nya di dalam kasih” (Ef.1:4). (2) Santo Agustinus mengungkapkan dengan perjuangan keras penemuannya akan Allah sebagai kasih dan keindahan yang amat menakjubkan. Khusus bicara tentang pelayanan imamat, pendahulu saya, (2) Beato Yohanes Paulus II menegaskan bahwa “setiap tindakan pelayanan, yang mengantar pada cinta dan pelayanan Gereja, harus mendorong untuk semakin menumbuhkan kasih dan pelayanan kepada Yesus Kristus sebagai Kepala, Gembala dan Mempelai Gereja, suatu kasih yang selalu menjadi suatu jawaban atas Kasih Allah yang bebas dan cuma-cuma dalam diri Yesus Kristus” (Pastores Dabo Vobis, no.25). Itulah sebabnya, setiap ‘panggilan khusus’ lahir dari prakarsa/inisiatif Allah: inilah anugerah Kasih Allah! Allah-lah yang mengambil “langkah pertama”, bukan karena Dia telah menemukan sesuatu yang baik dari diri kita, melainkan melulu karena kasih-Nya sendiri “yang dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Rm.5:5). (3) St. Yohanes dari Salib mengajak priorin Biara Segovia, Jangan berpikir pada sesuatu apapun selain Allah yang mengatur segala sesuatu. Dimana tidak ada kasih, taburkanlah kasih, dan di sanalah engkau akan menuai kasih (Surat, 26). (4). Pastor Yohanes Maria Vianney dari Ars senang dengan ungkapan: “Imam-imam bukanlah imam-imam bagi dirinya sendiri, melainkan bagi kalian semua – jemaat kristiani” (Le curé d’Ars. Sa pensée – Son cœur, Foi Vivante, 1966, p. 100). (5) Paus Gregorius Agung yang mengawali tulisan ini.




Akhirnya Sri Paus antara lain berpesan, “Saudara-saudaraku yang terkasih para uskup, para imam, para diakon, kaum religius (biarawan-biarawati), para katekis, para petugas pastoral dan kalian semua yang membaktikan diri dalam bidang pembinaan kaum muda, saya sangat menghimbau Anda untuk memberi perhatian terhadap anggota-anggota jemaat paroki, kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan gerejani yang merasakan sebuah panggilan imamat dan hidup yang dibaktikan secara khusus. Amat pentinglah bagi Gereja untuk menciptakan suasana yang memungkinkan banyak kaum muda mengatakan “ya” sebagai jawaban yang jujur terhadap panggilan kasih Allah.

Tugas untuk mendorong panggilan adalah menyediakan bimbingan dan panduan yang dapat membantu mereka. Yang utama dari tugas ini adalah cinta akan Firman Allah yang dihidupi dengan cara menumbuhkan sikap akrab dengan Kitab Suci, dengan doa yang terus-menerus dan penuh perhatian, baik secara pribadi maupun dalam kelompok; semua ini akan memungkinkan untuk mendengarkan panggilan Tuhan di antara aneka suara panggilan hidup sehari-hari. Yang lebih penting di antara semua itu adalah sakramen Ekaristi yang harus menjadi pusat dari setiap perjalanan panggilan: di sinilah kasih Allah menyentuh kita dalam kurban Yesus Kristus, yang menjadi ungkapan sempurna cinta kasih; dan di sinilah kita selalu belajar terus menerus bagaimana menghayati “takaran kesempurnaan” akan kasih Allah. Firman Allah, doa dan Ekaristi merupakan harta karun yang berharga untuk memampukan kita memahami keindahan yang memesona dari sebuah kehidupan yang seutuhnya dibaktikan demi pelayanan Kerajaan Allah.

Saya berharap bahwa Gereja-Gereja setempat (keuskupan), dan berbagai kelompok di dalamnya, menjadi tempat untuk pemurnian otentisitas aneka panggilan dan menjadi tempat bagi kaum muda untuk memperoleh pendampingan rohani yang serius dan bijaksana.

Dengan doa penuh harapan, dengan tulus saya memberkati kalian semua dengan Berkat Apostolikku. (Ignatius Suharto)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”