Roti Kehidupan Abadi


“Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”Ketika masih anak-anak dan tinggal di desa mau makan enak tidak ada, dan setelah dewasa seperti saat ini serta menjadi pastor cukup banyak makanan enak tersedia tetapi tidak boleh makan”, demikian komentar salah seorang rekan komunitas. Maklum rekan kami tersebut sesuai dengan hasil laboratorium rumah sakit berkolesterol tinggi alias terlalu memiliki lemak jahat cukup banyak di dalam darahnya. Maka demi  masa depan alias hidup lebih panjang yang bersangkutan harus bermatiraga dalam hal makanan dan minuman. Makanan-makanan yang enak pada masa kini memang pada umum berlemak dan tentu saja kurang sehat atau baik bagi mereka yang berkolesterol tinggi. Cukup banyak orang kiranya mendambakan berusia panjang alias jangan segera mati atau dipanggil Tuhan, maka untuk itu mereka dengan berbagai upaya dan usaha berusaha agar dirinya tetap sehat wal’afiat, segar-bugar alias tidak mudah jatuh sakit, agar diperkenankan hidup di dunia ini lebih lama. Jika orang berhasil dalam mengusahakan hidup yang baik, sehat dan segar-bugar di dunia ini kiranya yang bersangkutan untuk mendambakan atau berharap kelak ketika dipanggil Tuhan alias setelah meninggal dunia akan hidup selama-lamannya, mulia di sorga bersama Tuhan.
“Roti” yang dimaksudkan di dalam Warta Gembira hari ini bagi kita masa kini kita imani dalam rupa ‘roti tak beragi’ yang setiap kali kita terima di dalam Perayaan Ekaristi, yaitu ‘komuni suci’. Setiap kali menyambut komuni kita mengatakan ‘Amin’ atas kata-kata dari pemberi komuni “Tubuh Kristus”, yang berarti kita mengimani dan menghayati bahwa yang kita terima adalah ‘Tubuh Kristus’. Makanan sedikit banyak atau secara dominan menentukan kwalitas pribadi yang bersangkutan, apa yang biasa dimakan akan menentukan kwalitas pribadi yang bersangkutan. Maka jika kita menyantap ‘Tubuh Kristus” berarti hidup dan cara bertindak kita dijiwai oleh Yesus Kristus, kita memiliki cara hidup dan cara bertindak sesuai cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, dan dengan demikian kelak kita layak untuk menikmati hidup selama-lamanya di sorga.
Jika kita meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, maka kita tidak hanya akan hidup selamanya di sorga tetapi selama hidup di dunia ini kita juga tetap hidup dengan gairah, ceria, dinamis, penuh harapan, dst.. meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan; kita dapat mengatasi atau mengalahkan aneka macam godaan atau rayuan setan yang merajalela di sana-sini dalam kehidupan masa kini. Dengan kata lain kita memiliki budi pekerti luhur, yang antara lain menghayati  keutamaan-keutamaan “bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet “(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997)
Kami berharap dan mendambakan para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan hidup berbudi pekerti luhur bagi anak-anaknya. Mungkin anda juga akan bertanya “Bagaimana mungkin?”.  Ingat bahwa anda telah saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati, maka agar anda menjadi mungkin sebagai teladan berbudi pekerti luhur bagi anak-anak anda, hendaknya anda saling membantu dan mengingatkan jika di antara anda lalai dalam menghayati janji tersebut. Hendaknya anda sungguh bekerjasama atau bergotong-royong dalam menjadi teladan berbudi pekerti luhur. Anak-anak hendaknya sedini mungkin dilibatkan atau diajak untuk berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi, dan ketika saat menyambut komuni suci mohonkan berkat bagi anak anda melalui yang menerimakan komuni suci. Kebersamaan anda dalam satu keluarga dalam berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi akan menjadi pengalaman yang indah bagi anak-anak anda dan tentu saja juga bagi anda berdua sendiri.[ ---Ign Sumaryo SJ]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”