ALTAR DALAM GEREJA KATOLIK (3)


TATA CARA PENGUDUSAN ALTAR
Pada waktu pemberkatan gereja, biasanya altar juga dikuduskan. Garis besar tata caranya sebagai berikut:
perecikan altar dengan air suci;
doa Litani Para Kudus dan penempatan relikui martir atau santo-santa;
doa pemberkatan;
pengurapan altar dengan minyak krisma;
pendupaan altar;
pemakaian “kain putih” atau kain altar;
penyalaan lilin untuk altar.
Dari tata cara ini tampak bahwa seolah altar adalah seorang pribadi yang menjalani ritus inisiasi, pertama kali masuk ke dalam / sebagai anggota Gereja. Setelah menerima “pembaptisan” dan “penguatan”, maka altar mengalami “ekaristi”.

SATU ALTAR DALAM SATU GEREJA
Hanya ada satu altar dalam satu gedung gereja, supaya jelaslah makna Kristus sebagai satu-satunya Sang Penyelamat dan hanya ada satu Ekaristi dalam Gereja. Satu altar melambangkan satu jemaat yang berkumpul dan bersyukur di sekitar Sang Penyelamat.

PENDUPAAN ALTAR
Pendupaan altar memang bukan keharusan. Namun hendaknya dilakukan dalam perayaan meriah dan pada hari Minggu. Imam selebran mendupai altar dengan mengitarinya pada saat Ritus Pembuka dan awal Liturgi Ekaristi. Pendupaan kepada Imam, petugas lain, dan jemaat bertujuan mengingatkan bahwa semuanya adalah altar spiritual yang terkait erat dengan altar utama, yaitu Kristus sendiri.

WARNA KAIN ALTAR
Kain (taplak) altar berwarna putih. Ini seperti halnya baptisan baru yang menerima pakaian putih, yang melambangkan kebangkitan, hidup baru. Simbol-simbol yang menghiasi taplak altar hendaknya mempunyai makna yang sejalan dengan hakikat altar. Segala macam ornamen hendaknya tidak malah mengganggu konsentrasi jemaat, atau mengalahkan keberadaan Tubuh dan Darah Kristus. Hiasan bunga hendaknya tidak berlebihan dan ditempatkan di sekitar altar, bukan di atasnya (PUMR, No. 305).

YANG BOLEH DILETAKKAN DI ATAS ALTAR
Di atas altar hendaknya ditempatkan hanya barang-barang yang diperlukan untuk perayaan Misa, yakni sebagai berikut: dari awal perayaan sampai pemakluman Injil: Kitab Injil
dari persiapan persembahan sampai pembersihan bejana-bejana: piala dengan patena, sibori, kalau perlu; dan akhirnya korporale, purifikatorium, dan Misale.
Di samping itu, microphone yang diperlukan untuk memperkeras suara imam hendaknya diatur secara cermat (Pedoman Umum Misale Romawi, No 306). 
Lilin seyogyanya ditaruh di atas atau di sekitar altar, sesuai dengan bentuk altar dan tata ruang panti imam (PUMR, No. 307). Juga di atas atau di dekat altar hendaknya dipajang sebuah salib dengan sosok Kristus tersalib (PUMR, No. 308).
(Selesai........)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”