ANAK PENGAMEN KECIL


“It is good to have money and things that money can buy.  But itu is good to check up once in a while that you haven’t lost things than money can’t buy.” - George Claude Lorimer
 
Beberapa hari ini saya naik kendaraan umum untuk pergi dan pulang kantor.   Dalam bus Metromini 72 jurusan Blok M - Lebak Bulus, suatu malam saya mendapati seorang pengamen kecil berusia 6-7 tahun tergolek di bangku belakang Metromini itu.  Ketika saya naik, keadaan bus masih aga longgar, dan bus melaju pelan menunggu penumpang naik.  Beberapa kali kernet Metromini itu berteriak meminta anak kecil itu turun, “Hey, kamu turun! bangkunya mau dipakai orang !” teriaknya beberapa kali.  Saya lihat anak itu terjaga sebentar dan kemudian ketika menyadari masih banyak bangku kosong, kembali ia tertidur.  Wajahnya kumal, pucat-legam, keringat mengucur di sekitar dahi dan leher, serta rambut kemerahan terbakar matahari.  Tangannya menggenggam peralatan mengamen, sebatang kayu dengan beberapa tutup botol Coca-cola yang dipakukan ke batang kayu itu, serta kantung bekas permen Halls untuk menampung receh dari penumpang.
  Saya membayangkan petapa kerasnya kehidupan anak ini.  Berjuang sendirian menjadi pengamen jalanan untuk sesuap nasi.  Saya teringat anak saya yang juga masih seusia dia di rumah, kehidupannya sangatlah jauh berbeda.  Diam-diam saya memperhatikan anak itu untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya.  Kenapa ia tertidur?  
  Sementara Metromini berjalan terus dan semakin banyak penumpang yang naik, satu-dua orang berdiri karnet tidak mendapatkan bangku kosong lagi.  Kali ini kernet berusaha membujuk anak itu turun dengan baik-baik karena teriakan kerasnya ternyata percuma.  Bahkan sang Sopir meminta kernet itu memberikan anak itu sejumlah uang agar mau turun.  Beberapa keping receh disodorkan, anak itu terbangun, tetapi tetap diam tidak menanggapi omongan si Kernet serta diam sama sekali, tidak tertarik untuk menerima pemberian itu.  Bahkan ketika kernet mengganti recehnya dengan lembaran uang ribuan, anak itu tetap diam.  “Nih ! seribu kamu turun di sini !” kata si Kernet.
  Selanjutnya karena Metromini penuh saya tidak memperhatikan anak itu lagi.   Ketika saya teringat kembali, anak itu sudah tidak ada ditempatnya.  Namun di sepanjang perjalanan saya tidak lepas memikirkan anak itu.  Kenapa ia tertidur?  Kenapa ia kelihatan pucat?  Apakah ia sakit?  Di mana rumah anak itu?  Di mana orangtuanya?.   Pertanyaan-pertanyaan itu senantiasa melintas.  Pastilah anak itu sakit, pikir saya.  Yang ia perlukan sebenarnya adalah minuman hangat, makanan, tidur dan istirahat.  Anak itu jelas kelelahan dan merasa tidak enak badan sehingga uang yang disodorkan kernet pun tidak bisa menggantikannya, meskipun ia membutuhkannya.  Sampai di sini saya teringat kata-kata bijak George Claude Lorimer, “It is good to have money and things that money can buy.  But itu is good to check up once in a while that you haven’t lost things than money can’t buy.” 
  Tidak salah mempunyai uang yang bisa membeli berbagai macam keperluan, tetapi kita harus ingat bahwa ada titik tertentu di mana uang tidak ada artinya sama sekali.  Anak pengamen itu jelas, membutuhkan uang.  Tetapi kebutuhannnya untuk tidur dan istirahat karena sakit tak tergantikan dengan uang.
  Selamat Berhari minggu , jagalah kesehatan Anda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”