Tugas perutusan kaum awam


Hari Minggu Biasa XIV/ Tahun C
Inspirasi Bacaan dari :
Yes 66:10-14; Gal 6:14-18; Luk 10:1-12, 17-20

Suatu kali diadakanlah di sebuah lapangan terbuka sebuah kebaktian kebangunan rohani. Para pengkhotbah secara bergantian tampil untuk mewartakan Kristus melalui kotbah-kotbah mereka. Seorang pengkhotbah yang paling dikenal akan berbicara pada malam berikutnya. Tetapi pengkotbah itu telah tiba satu hari lebih awal. Ia datang secara diam-diam dan duduk bersama dengan orang banyak di atas rumput untuk mengenal situasi. Di depannya duduk seorang bapak setengah baya, yang tampaknya sedang mendengarkan kotbah dengan penuh perhatian. 

Namun ketika orang dipanggil ke depan untuk menyatakan komitmennya kepada Allah, orang itu tidak maju. Pengkhotbah yang sedang duduk bersama dengan khalayak itu menepuk orang itu pada pundaknya dan bertanya, “Apakah anda ingin menerima Kristus? Saya akan bersedia dengan senang hati untuk maju ke depan bersama anda bila anda ingin.” Orang itu memandangnya dari atas sampai ke bawah, menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak, saya akan menunggu hingga yang paling hebat yang kotbah besok malam.” Dalam pemikiran orang ini dan di dalam pemikiran banyak orang, memenangkan jiwa-jiwa untuk Kristus haruslah disimpan untuk “yang paling unggul.” Ceritera injil hari ini menunjukkan bahwa misi itu adalah tugas setiap orang, meriam atau pistol kecil adalah sama, para klerus dan para awam memiliki tugas yang sama dalam hal ini. 

Injil Lukas memiliki 2 ceritera tentang pengutusan para murid oleh Yesus untuk pergi dan mewartakan kabar gembira. Di dalam bab 9 Yesus mengutus 12 murid dan di dalam bab 10 Ia mengutus 70 murid. Injil Matius hanya memiliki satu: pengutusan 12 murid. Para ahli meyakini bahwa ceritera Lukas tentang pengutusan 70 murid adalah cara Lukas untuk menunjukkan universalitas lingkupan warta Kristus. Tugas perutusan ke-12 murid, menurut Matius, dibatasi pada “domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat 10:6). Perutusan murid yang 70 orang tidak memiliki pembatasan yang demikian. Menurut tradisi Yahudi terdapat 12 suku Israel dan 70 bangsa di dunia. Pengutusan 70 murid, karena itu, menyimbolkan pengutusan warta Kristus kepada seluruh dunia.  

Hari ini saya mengajak anda sekalian untuk melihat ceritera ini dari perspektif yang berbeda, bukan dari sudut pandang orang yang menerima, melainkan dari sudut pandang pembawa kabar gembira, dari sudut pandang para misionaris itu sendiri. Tradisi kristiani menyamakan 12 rasul dengan pelayan tertahbis di dalam gereja. Bila pada perjamuan terakhir Yesus meminta para pengikutNya untuk “melakukan ini sebagai kenangan akan Daku”, Ia mengalamatkannya kepada murid 12, kepada para klerus. Jika demikian, maka ke-70 murid yang diutus dalam injil hari ini haruslah dipahami sebagai kaum awam. Injil hari ini, oleh karena itu, dialamatkan kepada para pelayan awam. Inilah cara kita dapat membaca dua tugas perutusan di dalam injil Lukas, tugas perutusan 12 rasul dan tugas perutusan 70 murid, sebagai tugas perutusan para klerus dan tugas perutusan kaum awam. Dengan memuat dua kelompok ini Lukas, tidak seperti Matius, mengatakan, bahwa misi tidak hanya monopoli para klerus, misi bukan hanya diperuntukkan bagi “meriam”, misi atau tugas perutusan adalah untuk kita semua, yang tertahbis atau juga para pengikut Kristus yang tidak tertahbis. 

Atas dasar apakah kaum awam harus terlibat di dalam karya penyebaran injil? Karena “tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” (Luk 10:2). Hal ini berlaku baik sekarang ini, maupun juga pada zaman Yesus. Peran apakah yang dapat dijalankan oleh kaum awam dalam memenuhi tugas perutusan Kristus ini? Peran kaum awam dapat dirumuskan di dalam dua hal: “Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (ayat 2) yakni berdoa, dan “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu” (ayat 3), yakni bertindak secara aktif. Hal ini bukanlah soal melakukan ini atau itu. Setiap orang Kristen dipanggil untuk berpartisipasi di dalam karya menyebarluaskan warta Kristus melalui komitmen untuk berdoa dan komitmen untuk bertindak. Berdoalah seakan segala sesuatu tergantung kepada Allah, bekerjalah seakan segala sesuatu tergantung kepadamu. Yesus melanjutkan dengan menggambarkan secara detail sikap-sikap yang harus dimiliki di dalam karya evangelisasi: kelemahlembutan dan keterbukaan, keramahan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan situasi lokal di mana  pun kita berada di dalam pelaksanaan karya misi itu. 

Yesus menempatkan karya penyembuahan orang sakit secara khusus. Ini bukanlah hanya sebuah tugas pilihan di dalam karya penyebaran injil. Seseorang mungkin bertanya: apakah kesehatan badan berguna untuk keselamatan? Apakah kekudusan jiwa sendiri tidak cukup? Kita cenderung untuk melupakan bahwa kekudusan adalah kata lain untuk keseluruhan. Hal itu berkaitan dengan keseluruhan pribadi, badan dan jiwa. Kabar baik tidak hanya baik untuk jiwa tetapi juga untuk badan. Ke-70 murid pergi dalam usaha untuk melaksanakan perintah Yesus kepada mereka. Mereka terkejut ketika melihat bahwa dengan bertindak di dalam nama Yesus, mereka dapat menaklukkan bukan hanya penyakit fisik, tetapi bahkan juga setan-setan takluk kepada mereka (bdk ay. 17). Kegembiraan dan keterkejutan yang sama juga menanti para pengikut Kristus, baik tertahbis maupun tidak tertahbis, yang berusaha untuk melaksanakan karya perluasan kabar baik Tuhan kita Yesus Kristus sebagaimana Ia mandatkan kepada kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”