Mewujudkan diri dalam Kristus


HARI MINGGU BIASA XXX
Oleh: Pastor Paulus Tongli,Pr
Inpirasi Bacaan:  (Markus 10:46-52)

Konon dahulu hiduplah seekor bebek bersama seekor ayam di pinggir laut. Mereka bertumbuh bersama-sama. Setiap hari mereka dapat menikmati anak-anak ikan mati yang dibuang oleh para nelayan. Namun bebek itu selalu punya kerinduan untuk berenang dan menangkap ikan segar. Ia mulai iri melihat burung belibis yang bisa terbang dan dengan enteng hinggap di air, berenang dan sesekali menyelam untuk menangkap ikan dan memangsanya. Suatu kali bebek itu berseru, “ah… alangkah inginnya saya ikut berenang dan menangkap ikan!”. Tetapi ayam temannya itu menjawabnya, “ah kau bermimpi. 

Kau kan juga ayam, yang memang hidup di darat; apalagi badanmu gemuk, gampang tenggelam. Puaskanlah dirimu dengan berlari ke sana ke mari dan makanlah biji-bijian. Kita toh harus bersyukur kepada para nelayan yang masih menyisakan ikan-ikan kecil untuk kita.” Suatu hari yang panas sekali, bebek itu duduk murung, karena ikan-ikan kecil yang dibuang oleh para nelayan tidak bisa dimakan. Ikan-ikan itu cepat sekali membusuk, dan baunya tak tertahankan. Burung belibis menghampirinya dan bertanya, mengapa ia murung. Lalu bebek berkata, “burung Belibis, saya iri melihatmu. 

Bagaimana engkau dengan enteng bisa berenang di atas air, dan bisa sesukamu menangkap ikan segar menjadi santapanmu?” Burung Belibis pun menimpalinya, “bebek yang malang, mengapa engkau tidak mau mencoba turun ke air dan berenang? Saya pun dulu mengira saya tidak bisa berenang. Tetapi pernah suatu kali saya melihat ikan berenang, dan karena saya ingin sekali memangsanya, saya melompat ke dalam air, dan …. saya tidak tenggelam. Saya ternyata bisa berenang seperti sekarang ini. Engkau pun dapat mencobanya. Lihat saja kakimu lebar-lebar, mestinya itu bisa digunakan untuk mengayuh, jadi mestinya engkau bisa berenang.” Burung Belibis itu mengajak bebek turun ke air, dan betapa terkejutnya bebek itu, karena ternyata ia bisa tidak tenggelam, ia mengapung. 


Dari waktu ke waktu bebek itu belajar berenang yang baik, dapat menangkap ikan dan memakan ikan segar sebanyak yang ia mau. 

Ternyata bebek tidak sekedar burung darat. Ia juga sama dengan burung Belibis, yang bisa di darat, bisa di air, bahkan sedikit bisa terbang. Tetapi selama ia percaya bahwa ia hanyalah burung darat, ia akan tetap tinggal di darat dan hanya dapat berangan-angan untuk dapat menikmati ikan segar. 

Ceritera ini mau menunjukkan cara bebek menemukan dan menyadari kemampuan yang Allah anugerahkan kepadanya serta menyadari bahwa ia memiliki potensi untuk dapat berenang. Atau seperti bagaimana kuncup bunga berkembang menjadi bunga yang indah sebagaimana bunga itu dicipta sejak semula. Demikian pun ceritera tentang Bartimeus di dalam injil hari ini. 

Ceritera ini adalah kisah bagaimana seorang pengemis yang tidak dikenal di pinggir jalan dapat menyadari hakekat yang Tuhan berikan sebagai manusia dan anak Allah; bagaimana ia berkembang.

Ceritera dalam injil Markus ini sangat unik, dan membangkitkan banyak diskusi, mengingat teks ini adalah satu-satunya tempat di dalam injil sinoptik, di mana nama orang yang disembuhkan Yesus disebutkan dengan jelas. Markus bahkan menyebut nama di sini sampai dua kali “Bartimeus, anak Timeus”. Ini di luar kebiasaan, maka tentu Markus punya maksud khusus, dan pasti nama itu punya arti tertentu untuk dapat memahami ceritera ini. 

Di dalam budaya Semit kuno, nama bukan sekedar menunjuk kepada orang. Nama menunjukkan kepribadian bahkan nasib seseorang. Maka apa arti Bartimeus? Dalam bahasa Aram Bartimeus berarti “anak najis (tame’)”. Maka boleh jadi ini adalah nama julukan yang diberikan kepadanya karena ia adalah seorang pengemis yang buta. Faham teologis yang lazim di kalangan orang Ibrani adalah bahwa kebutaan itu merupakan sebuah hukuman dari Allah atas dosa atau kenajisan (bdk Yoh. 9:34). Tetapi dalam bahasa Yunani, nama ini dapat berarti “anak terhormat (timE’). Maka boleh jadi nama ini digunakan untuk menunjukkan hati atau martabat orang itu. 

Dengan menyebutkan nama Bartimeus dengan makna ganda seperti itu, Markus mungkin mau mengungkapkan kepada kita bahwa orang ini diharapkan menjadi seorang yang terhormat/bermartabat namun hidup di dalam situasi yang najis. Oleh karena itu apa yang Yesus lakukan kepadanya bukanlah sekedar memulihkan penglihatan fisiknya, tetapi lebih dari itu, dan bahkan yang paling utama adalah memulihkan martabat kemanusiaannya, sebagaimana yang Allah anugerahkan kepadanya. Hal ini dapat kita bandingkan dengan apa yang dibuat oleh burung Belibis dalam ceritera kita tadi terhadap bebek, membuka pikirannya dan memberdayakannya untuk menyadari potensi dan martabatnya sebagaimana yang Allah anugerahkan. 

Seperti bebek di pinggir laut atau seperti Bartimeus di pinggir jalan, mungkin kita pun sering bosan, merasa bahwa seharusnya kita hidup lebih baik daripada apa yang saat ini kita alami. Seperti bebek yang diciptakan untuk hidup di air, tetapi mendapati dirinya hanya hidup di darat dan hanya bisa memuaskan dirinya dengan ikan yang dibuang oleh nelayan. Mungkin kita kadang merasa seperti Bartimeus, yang seharusnya mengikuti Yesus dalam pengajarannya untuk menyelamatkan dunia, namun mendapati diri sepanjang hari tidak melakukan apa-apa selain daripada sepanjang saat mencoba untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Kabar gembira adalah ketika Yesus lewat. 

Ia dapat menyembuhkan dan melepaskan apapun bentuk kelemahan atau hambatan yang membelenggu kita. tidak usah peduli kepada teman yang mungkin seperti ayam, yang akan menganggapmu tukang mimpi. Bartimeus tidak mempedulikan orang-orang yang berusaha untuk menahannya dan menyuruhnya diam. Yesus ada di sini untuk menyembuhkan kebutaan yang melumpuhkan kita, untuk memberdayakan dan mengubah kita dari penonton pasif menjadi pengikutNya yang aktif dan antusias. Hanya dengan demikianlah hidup akan menjadi lebih hidup, bersemangat dan menarik.

Refleksi: Bagaimana saya harus bersikap agar aku menjadi pengikutNya yang aktif dan antusias? Apa yang akan aku lakukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”