MENJALANI TAHUN 2014 DENGAN SPIRIT NELSON MANDELA


Tahun 2013 telah kita tinggalkan. Kini ia  menjadi sebuah kenangan dengan segala catatan keberhasilan dan kegagalan, kegembiraan dan kesedian, keberuntungan dan kemalangan, kepahitan dan kebahagiaan. Yang pasti kita harus mengambil sikap yang bijak, supaya  tahun yang telah  berlalu ini member/meninggalkan  sesuatu yang berharga  dalam hidup kita, baik secara pribadi maupun sebagai satu bangsa. Dalam kerangka pemahaman seperti ini sosok pribadi mendiang Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela patut menjadi sumber inspirasi bagi kita dalan mengenang Tahun 2013;  dan menjalani  Tahun  2014.

Sang Inspirator
Setelah sekian lama bergulat dengan penyakit, radang paru-paru, pada usia tua, 85 tahun, akhirnya tokoh sang inspirator dari benua Afrika, Nelson Mandela pergi untuk selama-lamanya. Kematiannya hampir bersamaan dengan  berlalunya tahun 2013, pada bulan Desember 2013. Namun kematiannya meninggalkan banyak kenangan yang berharga bagi dunia. Salah satu kenangan hidupnya yang patut kembali kita angkat adalah SIKAP dan PRINSIPnya yang tegas terhadap ‘PRAKTEK POLITIK APARTEIT’ di Afrika Selatan yang telah menyengsarakan dia dan bangsanya. Mendiang Nelson Mandela menegaskan bahwa kita tidak boleh  melupakan  resim politik Aparteit, tetapi kita dapat memaafkan para pelakunya. “We can forgive, but not forget”, katanya.  Nelson Mandelan menegaskan dengan ‘memaafkan’ manusia dibebaskan dari kebencian dan balas dendam. Dan dengan tidak ‘melupakan’ manusia diingatkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.     
Sikap tegas sang Inspirator tersebut di atas membuat bangsa Afrika Selatan dengan mudah melewati saat-saat berat sepeninggal resim aparteit.  
Bangsa ini dengan mudah melakukan ‘rekonsiliasi nasional’ yang menghasilkan energi-energi positif, sedehingga Negara dan bangsa ini sukses menjadi menyelengga  salah  satu ivent dunia yang paling bergengsi: Penyelenggara Piala Du
nia Tahun 2010.

Belajar dari Masa Lalu.
Mendiang sang Proklamator bangsa kita, Sukarno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya yang terkenal dengan istilah:”JAS MERAH” (jangan melupakan sejarah). Oleh karena itu kiranya sudah sewajarnya setiap kali terjadi pergantian tahun, kita kembali menginga-ingat perjalan hidup  bangsa kita. Yang jelas sebagai satu bangsa kita telah melewati tiga periode sejarah kebangsaan kita.  Selama tiga periode ini kita telah mengadakan beberapa kali PEMILU baik untuk pemilihan ‘aleg’ (anggota legislative) maupun PEMILUKADA, terlebih pemilihan Kepemimpinan Nasional (suksesi kepemimpinan nasional). Selama periode pertama ada kecenderungan kita berada dalam iklim demokrasi liberal dengan segala eksesnya seperti separatisme, polarisasi lewat partai politik, Selama peride kedua ada kecenderungan kita berada dalam iklim demokrasi terpimpin dengan segala eksesnya seperti pembatasan partai politik, Pemilu ‘semu’ dengan istilah kebulatan tekad. Selama periode kitiga ada kecenderungan kita berada dalam demokrasi ‘kebablasan’ dengan segala eksesnya seperti partai politik yang bermunculan seperti jamur, pelaksanaan Pemilihan ‘aleg’ yang cenderung menggunakan kekuatan uang, pelaksanaan Pemilukada yang nyaris-nyaris berakhir dengan anarkisme, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang berbuntut panjang pada Bank Century yang bermasalah. Oleh karena itu sebagai bangsa yang besar kita masih harus bekerja keras untuk mendapatkan ‘the right man on the right place’ di berbagai lini kehidupan kita. Dalam era blobalisasi bangsa kita membutuhkan pemimpin yang harus mengedepankan frofesionalisme, bukan primordalisme (kolot). Kita perlu  budaya malu, bukan gengsi dan jabatan. Kita perlu mengedepankan   etika dan moral, bukan uang dan feodalisme. 
Selanjutnya perlu dan penting untuk disadari pula  bahwa sebagai  bangsa yang   dikenal dan senantiasa memperkenalkan dirinuya sebagai bangsa yang beragama lewat acara-acara kenegaraan dan keagamaan (internal) ada kecenderungan bahwa kegiatan-kegitan keagamaan termasuk pembangunan rumah-rumah ibadah tidak berbanding lurus dengan perilaku hidup sehari-hari. Jika nilai-nilai agama sungguh-sungguh dihayati bangsa kita, maka semestinuya bangsa kita sudah harus sembuh dari penyakit kronisnya yaitu korupsi yang masih terus-menerus menggurita. Begitu banyak orang yang tertangkap dan ditangkap oleh  KPK, yang mestinya tidak terjadi. Dan rupa-rupanya masih banyak yang lagi menunggu waktu yang tepat untuk dijebloskan ke rumah tahanan KPK dengan menggunakan ‘rompi kebanggaan KPK’. Sungguh tidaklah bermatabat orang yang tidak sepatutnya menggunakan ‘rompi KPK’, apalagi kalau dia sebagai  pejabat public  tangannya diborgol KPK.

Menyambut Tahun Rahmat atau Tahun Drakula 
Mengingat betapa pentingnya Agenda Nasinal Bangsa kita tahuna 2014 yaitu Pemilihan Anggota Legislatif baik di Daerah/Kota maupun di Pusat dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, persiapan telah dilaksanakan jauh-jauh sebelumnya baik oleh pemerintah, khususnya oleh  Kementrian Dalam Negri dan dan lebih-lebih oleh KPU maupun oleh Partai-Partai Politik, LSM serta sejumlah Lembaga Survey. Tidaklah susah untuk membayangkan bahwa jika Agenda Nasional Bangsa kita berhasil kita laksanakan, maka TAHUN 2014 adalah TAHUN RAHMAT bagi kita sebagai satu bangsa. Tetapi jika kita tidak berhasil melaksanakan agenda ini dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya, penuh dengan rekayasa manipulasi  dan provokasi,  maka TAHUN  2014 akan menjadi TAHUN DRAKULA (tahun mengerikan)  bagi bangsa kita.  

Kengerian karena mempertaruhkan segala-galanya , kecurigaan, kebencian dan kekerasan akan dengan gamblang berada di mana-mana , lebih-lebih didalam diri para petarung-petarung yang tidak ‘siap kalah dan gagal’ dan para pendukung setia yang sering kali tidak menggunakan akal sehat. Keharmonisan dalam masyarakat, termasuk di kampung-kampung dan di desa-desa akan sangat terganggu, jika orang tidak lagi menggunakan AKAL SEHAT  dan   mendengarkan NURANInya. Maka marila kita mempersiapkan dan melaksanakan AGENDA NASIONAL BANGSA kita ini SECARA BERMARTABAT, supaya kita menjadi BANGSA YANG BERMARTABAT seperti bangsa
AFRIKA SELATAN dengan tokoh sang INSPIRATORnya mendiang NELSON MANDELA. 
THE RIGHT MAN ON THE RIGHT PLACE itulah kata KUNCI nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”