Menutup Salib Untuk Apa?

Kapan sih salib mulai ditutup? Sebelum Perayaan Sabda Jum’at Agung atau setelah Misa Kamis Putih atau sebelumnya? Yang jelas dalam Perayaan Sabda pada Jum’at Agung ada upacara pembukaan selubung / tutup / bungkus salib.Dari dokumen liturgi yang ada, kita menemukan surat edaran dari Kongregasi Ibadat Ilahi tentang pedoman Pekan Suci artikel 56 berbunyi:

Sesudah Misa (Kamis Putih, Peringatan Perjamuan Malam Terakhir) altar harus kosong sama sekali. Baiknya setiap salib di Gereja dibungkus dengan kain merah atau ungu, kecuali bila salib-salib itu sudah dibungkus pada hari Sabtu sebelum Minggu V Masa Prapaska. Tidak boleh dinyalakan lampu di depan patung-patung orang kudus (Seri Dokumen Gerejawi no: 71 hal 22).

Jawaban pertama adalah setelah Misa Kamis Putih (in Cena Domini). Gereja bermaksud merenungkan Yesus yang setelah perjamuan terakhir, menderita sengsara. Tuhan Yesus ingin juga kita selalu berjaga, waspada , jangan sampai tertidur. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (bdk.Luk22:39-46 par). Yesus menghadapi salib yang sudah di depan mata.

Saat-saat ini menjadi bagi kita saat untuk berpuasa, bertobat dari segala kejahatan dan dosa. Tuhan Yesus menderita untuk menebus kita dari dosa-dosa. Kita diajak, mari kita menutup mata, menyadari siapakah kita di hadapan Tuhan. Suasana ini berlanjut dari Kamis malam itu, Jum’at Agung pagi ketika kita diundang untuk mengalami jalan salib Tuhan, dan siangnya kita diundang untuk membelalakkan mata, membuka penutup salib satu persatu. Begitu hebat pengabdian Yesus. Dia yang adalah Allah, mengosongkan Diri-Nya, dengan menjadi manusia, mati di kayu salib (bdk.Fil 2:1-11). Tutup salib di buka, dan semakin jelaslah gambar, figure Sang Penebus dosa itu. Suasana puasa dan upaya pertobatan masih sangat nampak dan dilanjutkan pada hari berikutnya, Sabtu sepi. Saat Sang Mempelai diambil, saat sang pengiring berpuasa (bdk.Mrk.2:20 par). Juga pada hari Sabtu bisa diadakan ibadat Tenebre (gelap), yang ingin merenungkan kegelapan makam, saat-saat genting dan gelisah, saat dibutuhkan sebuah cahaya(art 40). Itulah yang kemudian dirayakan pada Malam Paskah, Upacara Cahaya, lilin, Yesus bangkit, menjadi cahaya dalam kegelapan, harapan dalam ketidak pastian.

Jawaban kedua: Salib ditutup pada Sabtu sebelum Minggu ke V Prapaska., alasannya ingin direnungkan peristiwa kematian, suasana pertobatan dan pengampunan sebagai hasil dari kebangkitan. Permenungan ini pada bacaan Injil Minggu kelima prapaska, tahun A dari Yoh 11:1-45 tentang kematian dan kebangkitan Lazarus; Tahun B dari Yoh 12:20-33 tentang Biji gandum yang harus mati agar menghasilkan buah banyak dan Tahun C , Injil Yoh 8 : 1- 11 tentang Pengampunan Wanita Berdosa.

Pekan kelima Prapaskah menjadi pekan terakhir ,menjadi pekan yang lebih intens untuk memasuki Pekan Suci, pekan Sengsara yang diawali dengan Minggu Palma.Permenungan semakin diarahkan pada kematian dan kebangkitan Yesus.Hari Jum’at Agung menjadi hari sunyi, hari meditasi dan refleksi, hari nyepi, tidak ada api / lampu/ lilin di depan patung-patung orang kudus, supaya focus kita adalah Yesus yang menderita , menjalani hukuman disalibkan dan wafat. Tidak ada devosi kepada yang lain. Sembah sujud kita dipusatkan kepada Sang Penebus yang wafat tapi Dia yang bangkit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”