SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2019

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2019




Kepada para Pastor, Biarawan-Biarawati dan segenap Umat Katolik Keuskupan Agung Makassar: salam sejahtera dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai kita sekalian. Kini kita memasuki lagi Masa Prapaska, masa di mana kita diajak untuk secara lebih intensif merenungkan sikap kita di hadapan Allah, Sang Pencipta dan tujuan hidup kita. APP Nasional 2019 mengambil tema “Literasi Teknologi dan Keutuhan Ciptaan”. Di sini saya mengajak umat beriman sekalian untuk merenungkan sikap kita dalam memanfaatkan teknologi, khususnya teknologi informasi. Kita ingin merenungkan tema ini dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1) Manfaat teknologi; (2) Perilaku manusia dalam pemanfaatan teknologi; (3) Penugasan khusus dan tanggung jawab manusia di tengah alam ciptaan; dan (4) Menggunakan teknologi secara bertanggung jawab demi keutuhan ciptaan.

(1) Manfaat Teknologi
Manusia dengan kemampuan akal budinya senantiasa berusaha untuk hidup lebih baik, lebih mudah dan lebih nyaman. Untuk itu manusia telah memanfaatkan sarana-sarana yang ada, yang telah disediakan alam. Dengan daya ciptanya pun manusia telah menciptakan teknologi, yang pada intinya dimaksudkan sebagai alat bantu untuk menyederhanakan kehidupan manusia dan memberikan kemudahan di segala bidang. Dalam bidang informasi, telah muncul teknologi informasi dan komunikasi yang telah berhasil menghilangkan jarak dan menyebar informasi dengan begitu cepat ke hampir setiap sudut dunia ini. Berita-berita dan pengetahuan telah dapat dengan mudah dan cepat diakses dengan bantuan teknologi komputer dan internet. Dalam bidang kesehatan terdapat bermacam peralatan canggih, yang dengan cepat dapat mendeteksi penyakit dan memberikan pengobatan yang tepat. Dalam bidang pertanian, kerja keras manusia dalam mengolah tanah agar dapat menghasilkan bahan makanan bagi manusia dan ternaknya, kini digantikan oleh kerja mesin, sehingga bahkan pekerjaan-pekerjaan yang dahulu dianggap sulit pun, kini dapat dikerjakan dengan mudah dan cepat. Demikian pun dalam banyak bidang yang lain. Teknologi kini telah menjadi bagian dari hidup manusia, sehingga tidaklah mungkin lagi untuk hidup tanpa teknologi. Manusia telah menjadi makhluk teknologi.

(2) Perilaku manusia dalam pemanfaatan teknologi
Kemampuan teknologi yang telah dicapai manusia telah memberinya kekuasaan yang luar biasa. Namun kekuasaan itu selalu memiliki 2 sisi, sisi positif dan negatif. Manfaat teknologi seperti sudah disampaikan di atas sangat besar dalam mempermudah hidup manusia; namun, bila disalahgunakan, dapat pula menghancurkan hidup manusia itu sendiri. Secara khusus saya ingin mengajak kita sekalian untuk menyoroti perilaku manusia modern dalam memanfaatkan teknologi informasi, khususnya dalam memanfaatkan media sosial. Saat ini sebuah berita atau informasi dengan sangat cepat dapat disebarluaskan berkat bantuan teknologi informasi. Gadget adalah sebuah istilah yang bagi kita baru, tetapi begitu menguasai manusia modern, tidak peduli dari usia berapa. Gadget atau dalam Bahasa Indonesia “acing” atau “gawai” merupakan perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus, yang dari hari ke hari selalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaru, yang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis. Alat ini memungkinkan orang untuk mencari, menerima dan mengirim berita, gambar/foto, suara, bahkan memungkinkan untuk melakukan video call. Gadget telah membawa begitu banyak manfaat, tetapi tidak sedikit pula efek negatifnya. Banyak orang yang seakan tidak bisa lagi dipisahkan dari gadgetnya. Banyak orang yang menghabiskan terlalu banyak waktunya untuk gadget, sehingga banyak tugas yang terbengkalai, banyak relasi yang rusak, banyak keluarga yang berantakan. Banyak orang menjadi salah fokus dalam hidupnya. Orang sibuk berkomunikasi dan bercanda dengan orang yang hanya dikenalnya lewat media sosial, sementara orang di sekitarnya terabaikan. Banyak orang yang sibuk mengomentari hal-hal yang bukan urusannya, sementara pekerjaannya sendiri tidak lagi mendapatkan waktu untuk dikerjakan. Di dalam hidup berbangsa dan bernegara pun, penyebaran berita bohong atau hoax lewat media sosial dan bahkan juga melalui media arus utama telah mendominasi pemikiran orang banyak. Hoax disebarkan dengan motif persaingan usaha, sentimen pribadi bahkan demi kepentingan politik. Orang tidak lagi merasa bersalah dalam menyebarkan fitnah demi menyingkirkan orang yang dianggap saingan, orang yang dianggap ancaman untuk usaha atau kepentingannya. Hoax pun menjadi sarana ampuh untuk menyerang orang yang tidak disenangi, atau untuk menyebar opini yang keliru demi untuk mendapatkan dukungan politik.

Untuk hal terakhir ini saya ingin mengajak kita untuk lebih serius memikirkannya, karena menurut kesan saya, berita bohong telah menjadi bagian dari permainan politik di Negara kita ini. Kita boleh belajar dari pengalaman Negara Syria yang kini telah luluh lantak. Dengan cara yang sangat massif, di Syria dalam waktu yang cukup panjang, hoax dibuat dan disebarkan untuk mengeksploitasi keyakinan dan fanatisme identitas. Ketakutan, kecemasan dan kebencian disebarkan agar masyarakat tidak lagi berpikir logis. Akibatnya masyarakat terpecah-pecah dalam kelompok-kelompok yang saling mencurigai satu sama lain. Ditambah lagi dengan kondisi sosial-ekonomi yang buruk dan kegagapan aparat dalam menghadapi gejolak bermainnya kepentingan internasional yang saling bertarung; semua itu terakumulasi dalam perang saudara yang telah menyebabkan Syria menjadi Negara gagal. Jutaan orang telah meninggalkan Syria dan menjadi pengungsi yang terombang-ambing di Negara asing.

Gejala yang sama juga sudah ada di Indonesia, khususnya sepanjang tahun elektoral ini. Berita-berita bohong disebar begitu saja sehinggga orang tidak dapat lagi membedakan antara laporan peristiwa dengan angan-angan atau kebohongan. Tampaknya ada orang yang sangat suka membuat berita-berita hoax, dan menikmati pertengkaran bahkan permusuhan yang muncul di tengah masyarakat sebagai akibat berita hoax tersebut. Banyak orang yang akibat hoax menjadi antipati terhadap pemerintah atau kelompok tertentu. Faham-faham radikal yang memecah belah hidup berbangsa dan beragama pun dengan sangat massif disebarkan. Bahkan tampaknya berita-berita hoax lebih diminati banyak orang daripada seruan akan kebenaran. Orang yang menerima pun biasa dengan mudah melanjutkan berita yang diterimanya, tanpa terlebih dahulu mengecek kebenarannya. Banyak orang telah menjadi korban dari penyebaran kabar bohong lewat media sosial. Teknologi informasi yang dimaksudkan untuk mempermudah hubungan antar manusia telah disalahgunakan untuk merusak relasi dengan menyebarluaskan fitnah, kebohongan dan ujaran-ujaran kebencian. Ternyata penyalahgunaan teknologi justru banyak menjerumuskan orang kepada kebencian dan kecurigaan satu sama lain. Orang sulit saling mempercayai, bahkan lebih mudah saling menuduh dan mencurigai. Mudah-mudahan penyebaran hoax akhir-akhir ini hanyalah merupakan “cara” sementara para “politikus” untuk memanipulasi pikiran banyak orang guna memperoleh dukungan. Mudah-mudahan tidak ada kekuatan raksasa yang ada di baliknya, yang ingin mengubah Indonesia menjadi seperti Syria.

(3) Penugasan khusus dan tanggung jawab manusia di tengah alam ciptaan
Kitab Kejadian menampilkan situasi asali alam dan segala isinya, termasuk manusia pada awal mula penciptaan. Artinya situasi yang digambarkan pada awal Kitab Kejadian, adalah situasi sebagaimana dikehendaki Allah. Kejadian bab 1 ayat 26 menampilkan bahwa puncak dari segala ciptaan adalah penciptaan manusia. Manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah agar manusia berkuasa atas segala ciptaan lain. Pada ayat 28 Allah memberkati manusia dan memberinya kuasa untuk "… Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Karunia "menguasai" alam tidak dimaksudkan sebagai izin untuk menggunakan atau merusak tatanan ciptaan dengan egois menurut apa yang dipandang cocok oleh manusia. Kej. 1:28 ini haruslah dibaca dalam kaitan dengan Kej. 2:15 “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Tugas menguasai alam semesta seharusnya ditafsirkan sebagai tanggung jawab khusus yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara, jadi melanjutkan ciptaan. Tidak ada alasan bagi manusia untuk menjadi pengganggu; manusia harus bertanggung jawab kepada Allah dan memperhitungkan semua cara yang mereka pakai atau tidak pakai untuk mengusahakan alam lingkungan sekeliling mereka. St. Fransiskus Assisi sangat menekankan kesetaraan dari segala ciptaan, termasuk umat manusia. Segala ciptaan itu adalah bersaudara, karena berasal dari “rahim” Allah yang sama. Pemahaman ini akan membuat umat manusia terhindar dari pikiran bahwa mereka memiliki kuasa yang tidak terbatas atas ciptaan. Manusia dicipta secitra atau segambar dengan Allah berarti pada manusia melekat sifat ke-Ilahian. Daya cipta, kreatifitas telah diberikan oleh Allah, dan sebagaimana Allah senantiasa mencipta dan memperbaiki demikian pun seharusnya manusia.

Dosa Keserakahan dan egoisme manusia telah merusak tatanan itu. Mandat khusus yang diberikan oleh Allah telah diklaim oleh manusia sebagai kemampuannya sendiri. Tanggung jawab kepada Allah telah diganti dengan nafsu untuk memuaskan hasratnya untuk berkuasa baik atas alam semesta maupun atas sesamanya manusia. Gereja dalam Masa Prapaskah ini mengajak kita untuk kembali menempatkan diri kita pada maksud Allah menciptakan kita. Kita diajak untuk kembali menyadari tugas dan tanggung jawab khusus kita sebagai citra Allah di tengah dunia ciptaan ini. 


(4) Menggunakan teknologi secara bertanggung jawab demi keutuhan ciptaan.

Teknologi itu sifatnya netral. Tergantung pada orang yang menggunakannyalah dampak teknologi itu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”