PATRIS CORDIS

  


Viat Santo Yusuf; Belajar dari Kebajikan St. Yusuf selama ‘Tahun Santo Yusuf, 2021

P. Andreas B. Atawolo, OFM.

Pada tanggl 8 Desember 2020 (bertepatan dengan Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda), Paus Fransiskus mengeluarkan Surat Apostolik berjudul Patris Corde (Dengan Hati Seorang Bapa). Surat Apostolik ini sekaligus menandai mulainya Tahun Santo Yusuf yang berlangsung sampi 8 Desember 2021.

Penetapan tersebut menandai ulang tahun ke-150 penetapan Santo Yusuf sebagai Pelindung Gereja Universal oleh Beato Pius IX pada 8 Desember 1870. Figur Sentral Patris Corde ialah Santo Yusuf, suami Bunda Maria, ayah Yesus. Paus Pius XII telah menggelari St Yusuf sebagai pelindung para pekerja, dan Paus Yohanes Paulus II menghormatinya sebagai Penjaga Sang Penebus.

Mengapa St. Yusuf? Bagi Paus Fransiskus, Santo Yusuf adalah figur yang cocok bagi Gereja dan Dunia, yaitu sebagai model orang yang bekerja di belakang layar demi kepentingan dan keselamatan umat manusia. Di masa pandemi korona ini, orang-orang biasa seperti dokter, perawat, guru, pekerja publik, dan para relawan, mendedikasikan hidupnya bagi keselamatan umat manusia.

Mereka itu tidak menjadi headline berita di media, namun tulus mengabdi dan melayani. Itulah contoh aktual figur St. Yusuf: Ia seorang ayah dan pekerja yang tulus. Ia melindungi Maria dan Yesus demi keselamatan umat manusia. Tanpa banyak tampil, ia turt dalam karya keselamatan Allah. Krisis karena pademi korona menantang kita berbela rasa seperti Yusuf yang saleh.

Keutamaan-Keutamaan St. Yusuf. Paus merefleksikan tujuh kualitas yang dimiliki oleh St. Yusuf. Yusuf adalah seorang 1] bapa penuh kasih. Ia suami Maria, ayah Yesus. Ia mendedikasikan status dan hidupnya demi Keluarga Kudus. Seluruh hidupnya adalah pelayanan bagi Tuhan. Yusuf juga adalah 2] seorang bapa yang lembut dan penuh cinta. Ia menyaksikan Yesus yang tumbuh penuh kebijaksanaan. Sebagai ayah ia melindungi anaknya dengan penuh kasih dan kehangatan.

Paus mengajak kita merefleksikan bahwa selain viat Maria, ada pula ‘viat Yusuf’. Ia taat pada kehendak Tuhan. Maria telah mengatakan janji kesetiaanya pada Tuhan: terjadilah padaku menurut kehendak-Mu. Demikian pula Yusuf memperlihatkan viatnya sebagai ayah Yesus. Dan Yesus sendiri pada saatnya di taman Getsemani, menyatakan viat-Nya kepada Allah Bapa: ‘bukan kehendak-Ku melainkan kehedak-Mu lah yang terjadi. Yusuf mendidik Yesus dengan contoh sikap taat.

Yusuf adalah 4] seorang bapa yang siap menerima. Ia menerima Maria dengan tulus hati. Ia percaya pada kata-kata Malaikat Tuhan. Ia figur seorang pria yang menghormati perempuan. Ia tak mau mempermalukan Maria. Ia pria yang bukan hanya berpikir logis, tetapi terutama bertindak sensitif. Yusuf memberi teladan bagi kita untuk melawan kekerasan bagi perempuan.

Yusuf digambarkan pula sebagai 5] bapa yang berani dan kreatif. Yusuf tidak lari dari kesulitan. Dalam situasi sulit, ia berani memilih tindakan yang bukan menurut pilihannya sendiri. Dalam situasi dilematis ia menjadi ‘mukjizat’ bagi keselamatan Maria dan anak Yesus. Ketika tidak ada tempat bagi Maria di Betlehem, Yusuf menyediakan palungan yang nyaman. Ketika harus mengungsi dari ancaman Herodes, ia tegar melindungi dan menyelematkan keluarga. Ia percaya tangan Tuhan.

Paus juga menghormati Santo Ysusf sebagai figur 6] seorang bapa pekerja. Yusuf adalah seorang tukang kayu. Ia bekerja keras menghidupi Keluarga Kudus. Ia adalah pelindung para pekerja. Paus Leo XIII dalam Ensiklik Rerum Novarum merefleksikan peran Yusuf sebagai pekerja. Yesus belajar bekerja dan melayani dari sang ayah, Yusuf. Di Tahun Santo Yusuf ini kita patut berdoa dan menghormati para pekerja yang mendedikasikan hidupnya bagi umat manusia.

Akhirnya Paus Fransiskus menggambarkan figur Yusuf sebagai 7] bapa tersembunyi (a father in the shadows). Figur Yusuf sebenarnya menampilkan sifat Allah Bapa sendiri yang selalu mengasihi Anak-Nya. Relasi Yesus dan Yusuf adalah bayangan dari relasi Yesus dengan Bapa-Nya di surga. Yusuf adalah figur penyertaan Bapa dalam seluruh hidup Yesus Putra-Nya di dunia.

Bagi Paus Fransiskus, orang menjadi ayah bukan hanya karena status menikah dan memiliki anak. Semua orang menjadi ayah ketika memberikan hidupnya demi hidup orang lain. Dari Yusuf, kita belajar mengasihi dan melindungi anak-anak dengan hati seorang ayah. Dengan cara itu kita menjadi tanda kehadiran Bapa di sorga ‘yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar’ (Mat 5: 45).

Kualitas lain pada Yusuf ialah sebagai 3] bapa yang taat. Penginjil Matius melukiskan empat mimpi Yusuf yang ditandai sikap taatnya pada kehendak Allah. Pertama, ketika ia mengetahui bahwa Maria tunangannya telah mengandung dari Roh Kudus, Yusuf ‘tidak mau mencemarkan nama Maria di muka umum’ (Mat 1: 19). Ia taat menjalankan kata-kata Malaikat dalam mimpinya: ‘janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus’ (1: 20). Yusuf bangun dan melakukan apa yang dikatakan Malaikat itu (1: 24).

Mimpi kedua, Yusuf taat pada perintah Tuhan untuk mengungsikan anaknya ke Mesir karena ancaman Herodes (Mat 2: 13-15); ketiga, kembali dari Mesir ke tanah Israel (Mat 2: 19-20); dan keempat, mengungsi ke Galilea untuk menetap di kota Nazaret (Mat 2: 22-23)

P. Andreas B. Atawolo, OFM: Dosen Teologi di STF Driyarkara, Jakarta

Sumber: https://christusmedium.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

GEMBALA YANG BAIK