SITUASI BARU DI AKHIR ZAMAN
Hari Minggu Biasa XXXIII
Oleh Pastor Sani Saliwardaya, MSC
Inspirasi Bacaan: Dan. 12:1-3; Ibr. 10:11-14,
18; Mrk. 13:24-32
Hari
ini adalah Hari MInggu Biasa XXXIII. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Minggu
Biasa XXXIII pada umum berkisah tentang Akhir Zaman. Banyak diskusi dan
penafsiran berkaitan dengan Akhir Zaman. Dalam bacaan Injil hari ini Yesus juga
berkata tentang Akhir Zaman, tetapi tetap dalam “kekaburan”. Di satu pihak
Yesus mengatakan bahwa Akhir Zaman pasti akan datang (ay.24-28), bahkan
dikatakan-Nya, “bahwa waktunya sudah dekat, sudah diambang pintu” (ay.29). Di
lain pihak, Yesus juga mengatakan bahwa tidak seorangpun yang tahu kapan Akhir
Zaman tiba kecuali Bapa di Sorga (ay.32). Hal ini sering dirumuskan dalam suatu
istilah membingungkan, bahwa berita tentang AkhirZaman merupakan suatu berita
“kepastian kedatangannya, tetapi masih dalam ketidak-pastian waktunya”. Yang
jelas ialah bahwa masa Akhir Zaman adalah masa pembaharuan; segala-galanya akan
diperbaharui oleh Allah.
Ada satu cerita yang bisa
memberi ilustrasi suka dukanya terhadap pembaharuan.
Ada
seorang Oma yang tinggal bersama anak laki-lakinya, menantunya, dan ke tiga
cucunya. Relasi tiga generasi yang tinggal dalam satu atap ini sangat harmonis.
Oma yang pintar dan suka memasak ini sangat membanggakan keluarga anak
laki-lakinya. Sebaliknya, mereka semua sangat menyayangi Oma, karena selain
masakannya selalu enak, Oma juga tipe seorang yang sangat periang, tidak pernah
banyak menuntut. Pokoknya, relasi tiga generasi itu senantiasa menjadi buah bibir
kebaikan. Mereka tinggal di satu rumah tua tetapi cukup besar dan luas. Rumah
tua ini memiliki tiga kamar yang cukup besar tetapi tanpa perlengkapan modern;
satu kamar untuk Oma, satu kamar untuk anak dan istrinya, dan satu kamar untuk
ketiga cucu Oma. Semua perabotan rumah tangganya adalah perabotan lama yang
cukup antik tetapi terpelihara sangat apik. Perabotan modern yang ada hanya 1
lemari es cukup besar di dapur untuk menyimpan bahan-bahan dapur milik Oma.
Sedangkan di ruang tamu ada 1 TV agak besar, 1 lemari es untuk menyimpan
minuman dan makanan, dan 1 perangkat komputer untuk kerja anak laki-lakinya..
Pada
suatu hari, mereka berkumpul di ruang tamu seperti biasanya. Anak laki-lakinya
mengeluarkan ide untuk merenovasi rumah tua ini agar menjadi lebih modern dan
lebih nyaman didiami. Tetapi Oma sangat keberatan, katanya, “Aku sudah puluhan
tahun tinggal di rumah ini dan tetap merasa nyaman. Apakah yang baru-baru itu
selalu memberikan kenyamanan? Apakah kalian merasa kurang nyaman dengan rumah
tua ini? Aku sudah terbiasa dengan rumah ini.” “Bukan begitu, mami. Anak-anak
khan sudah semakin dewasa. Mereka butuh kamar sendiri-sendiri agar bisa belajar
lebih baik. Juga suhu udara sudah semakin panas, dan kita butuh AC bukan hanya
kipas angin.” Begitulah, mereka berdiskusi sampai cukup lama. Akhirnya terjadi
suatu kompromi. “Baiklah kita renovasi rumah tua ini”, kata Oma, “tapi aku
mohon agar dapur yang aku pakai tetap dalam situasi lama. Aku lebih suka pakai
kompor minyak daripada kompor gas. Kalian bisa buat dapur sendiri yang pakai
kompor gas. Aku juga tidak mau kamarku diberi AC, biarlah aku tetap pakai kipas
angin. Lemari-lemari antik akan tetap kita pakai.”. Setelah terjadi kesepakatan
seperti itu, maka mereka mulai membahas segala persiapan untuk renovasi.
Singkat
cerita, setelah 10 bulan berlalu, rumah tua itu sudah berubah menjadi rumah
yang lebih modern. Interior rumahpun tampak lebih cerah dan terang. Sekarang
cucu-cucu Oma sudah mendapatkan kamar sendiri-sendiri meskipun lebih kecil dari
kamar sebelumnya. Dan yang tampak berbeda sekali ialah sekarang ada 2 dapur;
dapur yang dipakai Oma yang masih menggunakan kompor minyak, dan dapur yang ada
di dekat ruang makan yang menggunakan peralatan dapur lebih modern, yakni
kompor gas untuk memasak dan kompor listrik untuk memanaskan makanan serta
oven.
Dengan
adanya rumah model baru ini, relasi antar mereka tetap tidak berubah. Mereka
tetap harmonis, tetap punya waktu untuk bercerita di ruang tamu, tetap ada
waktu untuk makan bersama.
Pada suatu ketika, Oma
tiba-tiba mendatangi menantunya dan berkata, “Bisakah aku pakai dapur yang di
dekat ruang makan?”. “Boleh, mami, “jawab menantunya. “Kenapa dengan dapur yang
mami biasa pakai?” tanya menantunya. “Komporku tidak bisa dipakai. Sepertinya
sumbunya sudah harus diganti. Aku sudah minta dibelikan yang baru tetapi belum
dapat sampai sekarang”, jawab Oma. Setelah selesai memasak, Oma berkata lagi,
“Nyaman juga ya pakai kompor gas. Tidak susah-susah isi minyak, dan tangan
tetap bersih. Waktu memasakku juga terasa lebih pendek”. Menantunya tersenyum
mendengarkan apa yang Oma katakan. Setelah suaminya pulang kerja, dia
menceritakan apa yang terjadi dengan Oma ketika memasak di dapur baru. Ketika
duduk-duduk bercerita di ruang tamu, anaknya berkata kepada Oma, “Mami, dapur
mami kita isi dengan kompor gas saja biar tidak kerepotan mencari sumbu dan
minyak”. Oma tersenyum, dan menjawab, “ Sepertinya lebih baik begitu”.
Pembaharuan, pada awalnya sering membawa kegalauan,
ketidak-nyamanan, ketidak-pastian. Terlebih bila kita sudah sangat terbiasa
dengan “gaya lama”, kita sudah nyaman & aman dengan “yang lama”. Karena itu,
pembaharuan sering ditolak; dan kalau tokh diterima, akan muncul banyak syarat
dan permintaan. Pembaharuan akan dipahami dan diterima setelah melihat dan
merasakan “kenyamanan dan keamanan” yang baru, seperti kisah si Oma di atas.
Berkaitan dengan Pembaharuan
di Akhir Zaman yang bercorak final, manusia tidak memiliki lagi kesempatan
kedua, seperti si Oma yang bisa merombak lagi dapurnya agar lebih nyaman. Maka,
keputusan harus dibuat segera. Itulah kemendesakannya. Pembaharuan yang
ditawarkan Akhir Zaman bukan Pembaharuan Fisik semata, tetapi Pembaharuan
Rohani. Hidup Baru Dalam Roh yang sejati. Suatu Pembaharuan yang juga harus
dimulai ketika kita masih hidup di dunia ini. Suatu proses Pembaharuan terus
menerus selama hidup dan akan disempurnakan dalam masa Akhir Zaman,
Komentar
Posting Komentar