Sukses?
Hari Minggu Biasa XXIX
Hari Minggu Misi Sedunia ke - 86
Inspirasi Bacaan: (Mrk 10:35-45)
Suatu ketika saya mendengar seorang memberikan kata sambutan di depan temu
alumni. Yang menarik adalah ungkapannya di awal sambutannya: “Saya menyalami
teman-teman semua yang tersebar di mana-mana. Saya tahu sebagian dari anda
sudah termasuk orang-orang sukses dan mungkin sebagiannya masih gagal – hanya
Allah yang tahu siapa termasuk yang mana!” Saya sangat tertarik akan ungkapan
ini, apalagi kalau kita mengingat apa yang diungkapkan dalam Kitab Suci: “Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman TUHAN.
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya
jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yes 55:8-9). Ungkapan
ini adalah pelajaran bagi dua orang murid Yesus yang sangat ambisius, Yakobus
dan Yohanes, yang kita dengarkan dalam kutipan injil hari ini.
Bukankah kita yakin, bahwa sebelum Allah menciptakan kita, Allah telah
mempunyai rancangan indah atas kita dan seluruh ciptaanNya? Allah menciptakan
setiap orang untuk sukses. Allah tidak menciptakan seseorang agar ia menjadi
orang gagal. Tetapi apa arti sukses dan gagal? Bagi kebanyakan orang, seperti
bagi Yakobus dan Yohanes, kesuksesan berarti menjadi pemimpin dan lebih unggul
dibandingkan yang lain.
Sukses berarti melebihi orang lain. Jadi kesuksesan
selalu diukur di dalam perbandingan dengan raihan orang lain yang dianggap
sebagai saingan. Itulah sebabnya Yakobus dan Yohanes datang kepada Yesus dan
meminta bukan agar mereka mendapatkan tempat di dalam kerajaan surga, tetapi
agar Yesus memberikan jaminan untuk: “duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang
seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” (Mrk
10:37). Namun Yesus menjawab, “kamu tidak tahu apa yang kamu minta”, lalu Ia
mulai mengajar mereka suatu pemahaman yang baru akan kesuksesan.
Bagi Yesus sukses berarti menyadari kehendak dan rancangan Allah dan hidup
memenuhi kehendak dan rancangan Allah itu. Yesus mengajarkan, berbeda dari
pandangan umum, bahwa setiap orang tidak bisa menjadi segalanya. Sebelum kita
hadir di dalam dunia ini, Allah telah merancang hidup kita, bagaimana
seharusnya kita hidup. Kita tidak datang ke dunia ini untuk menetapkan dan
mengukir sendiri gambaran tugas hidup kita.
Kita datang ke dunia ini dengan
rencana Tuhan dalam tangan kita dan kita berusaha dengan segala daya upaya kita
untuk melaksanakan dan menyempurnakan tugas itu. Inilah inti dari apa yang
termuat di dalam doktrin Maria Dikandung tanpa Noda. Allah menghendaki agar
rencana khusus-Nya dapat terwujud, yakni agar ada yang menjadi bunda putera
tunggal-Nya. Maka ia menciptakan seorang wanita, yang sungguh dipersiapkan
untuk memenuhi tugas khusus ini.
Tidak ada wanita sebelum dan setelah Maria
yang dapat memenuhi tugas ini, yakni untuk menjadi bunda Allah, dengan usaha
dan ambisi pribadinya. Inilah sebabnya Yesus mengatakan kepada Yakobus dan
Yohanes, “tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku
tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa
itu telah disediakan.” (ay 40)
Apakah hal ini berarti Allah telah menentukan sejak awal dunia bagaimana
kita harus hidup di dunia ini? Apakah ajaran tentang “nasib / takdir”
dibenarkan oleh Yesus? Tentu tidaklah seperti yang umum dipahami orang. Allah
menentukan rancangan dan tujuan Ia menciptakan kita. Ini predestinasi
kristiani. Namun apakah kita mencapai atau tidak mencapai maksud rancangan dan
tujuan itu, akan sangat tergantung dari sejauh mana kita mau bekerja sama
dengan rahmat Allah. Di sini kita harus membedakan antara predestinasi dan
determinisme (takdir).
Kitab suci mengajarkan predestinasi dalam arti Allah
punya rancangan atau gambaran “di dalam kepalaNya” ketika ia menciptakan kita;
tetapi tidak mengajarkan determinisme (apa pun yang akan kita alami dan lakukan
telah ditentukan lebih dahulu oleh Allah).
Allah menciptakan kita dengan
kehendak dan kebebasan untuk dapat bekerja sama atau menolak kerja sama dengan
rahmat Allah. Itulah sebabnya, meskipun Allah telah menentukan Maria untuk
menjadi ibu Sang Penyelamat, ketika waktunya tiba untuk mewujudkan misi ini,
Allah mengutus seorang malaikat kepadanya untuk meminta kerja samanya. Ia
adalah teladan sempurna akan kesuksesan karena ia dengan kepasrahan penuh dapat
mengatakan ya kepada tawaran Allah, dan hidup seturut rancangan Allah itu.
Lain halnya dengan Yakobus dan Yohanes. Mereka menghadirkan semangat “New
Age”, yang mencirikan zaman modern kita, yang meyakini bahwa setiap orang dapat
menjadi apa saja. Keyakinan ini memunculkan ambisi dan persaingan yang tak
terkendali, persaingan yang tidak sehat
di antara orang.
Pemahaman yang baru akan kesuksesan yang diajarkan oleh Yesus
mendorong kerja sama timbal balik dan kesadaran bahwa kita semua dapat menjadi
sukses karena Allah telah menciptakan setiap orang dari antara kita secara
unik, berbeda satu dari yang lain.
Demikianlah rancangan Tuhan untuk kita
masing-masing. Allah memiliki impian yang berbeda-beda untuk masing-masing.
Maka kesuksesan seseorang pun khas untuk orang tersebut; berbeda dari ukuran
untuk orang lain. Ambisi di dalam hidup kita haruslah menemukan dan menghidupi
impian Allah untuk kita. di situlah ukuran kesuksesan.
Jadi makna sukses adalah
menemukan dan menghidupi rancangan Allah untuk hidup kita.
Komentar
Posting Komentar