Sharing iman
Minggu Paskah III
Sumber Insipirasi: (Luk 24:35-48)
Bacaan
injil hari ini memberikan sisi lain dari bacaan injil minggu yang lalu. Jika bacaan
injil minggu lalu mengambil tema pengalaman akan Tuhan yang bangkit, bacaan
injil minggu ini mengambil tema: sharing atau berbagi iman dengan yang lain.
Kristus menginginkan para pengikutnya untuk menjadi saksiNya, dan memberikan
kesaksian adalah seperti sebuah mata uang yang memiliki dua sisi. Sisi yang satu
berkaitan dengan hal melihat dan memiliki
pengetahuan akan sesuatu melalui pengalaman pribadi (bukan sekedar mendengar),
dan sisi yang lainnya berkaitan dengan kemampuan untuk memberikan kesaksian
akan hal itu di hadapan orang lain. Bahwa kita dipanggil untuk menjadi saksi
Kristus berarti bahwa kita pertama-tama dipanggil untuk memiliki pengalaman
pribadi akan Kristus dan lalu membagikan pengalaman itu kepada orang lain.
Sayangnya banyak orang Kristen hanya menempuh setengah jalan dengan terus
memperdalam pengenalannya akan Kristus tanpa membagikan pengalamannya dengan
yang lain. Padahal iman itu adalah seperti nyala api: semakin sepotong kayu
meneruskan nyala apinya kepada potongan-potongan kayu yang lain, semakin
teranglah nyala api itu, tetapi bila kayu itu menolak untuk meneruskanya nyala
apinya, ada bahaya bahwa ia sendiri akan padam.
Seorang kakek
yang lumpuh pada suatu hari diminta untuk berceritera tentang seorang guru yang
terkenal di daerahnya, dan ia menceriterakan tentang gurunya yang sering
melompat dan menari ketika ia berdoa. Orang tua itu bangkit sementara ia
berceritera dan mulai melompat dan menari untuk menunjukkan bagaimana gurunya
dulu melakukannya. Sejak saat itu ia sembuh dari kelumpuhannya. Bilamana kita
menceriterakan tentang Kristus, kita meningkatkan dua hal. Kita memungkinkan
orang lain mengalaminya dan kita sendiri semakin lebih mengalami kuasanya . Kita
dapat melihat hal itu terjadi di dalam injil hari ini.
Dua orang
murid berjumpa dengan Tuhan yang bangkit dalam perjalanan ke Emaus. Mereka
kembali ke Yerusalem untuk membagikan pengalaman mereka dengan para murid yang
lain. Kita baca bahwa “… sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu,
Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka:
"Damai sejahtera bagi kamu!" (Luk 24:36). Kristus menghadirkan
dirinya di dalam proses sharing pengalaman iman dengan murid-murid yang tidak
percaya. Kini kesebelas murid dan semua teman-teman yang hadir sedang diubah untuk
juga dapat mengalami Tuhan yang bangkit. Tampaklah bahwa kedua murid yang
membagikan pengalamannya itu telah menjadi suatu penguatan yang besar bagi iman
murid-murid yang lain. Kesaksian mereka telah membawa daya yang besar.
Apa
gerangan yang Yesus buat bagi mereka yang mengalami Dia? Pertama , Ia
menyampaikan damai sejahtera kepada hati mereka yang risau. Lalu Ia
berusaha meyakinkan mereka bahwa Yesus dari Nasaret yang menderita dan mati
secara keji di kayu salib adalah yang sama dengan yang kini hidup dalam
kemuliaan Allah. Ia makan ikan, meskipun Ia tidak membutuhkan makanan itu,
untuk membuktikan hal itu. Lalu
Ia membuka pikiran mereka untuk
mengerti kitab suci dan bagaimana kitab suci itu menunjuk kepadaNya. Akhirnya
ia memberi mereka mandat untuk menjadi saksiNya. “Kamu adalah saksi dari
semuanya ini” (Luk 24:48). Inilah yang dilakukan Yesus bilamana Ia
menampakkan diri di tengah perkumpulan para murid pada hari Minggu pagi 2000
tahun yang lalu. Dan inilah pula yang Ia lakukan jika Ia menampakkan diri di
tengah umat beriman yang berkumpul pada hari minggu saat ini di sini.
Perhatikanlah
bagaimana aktifnya Yesus. Dialah yang memberikan mereka damai sejahtera. Dialah
yang menguatkan iman mereka dan menjauhkan keraguan mereka. Dialah yang membuka
pikiran mereka dan menjelaskan kitab suci kepada mereka. Dialah yang menyatakan
mereka sebagai saksinya. Para murid tidak
melakukan banyak hal di dalam perjumpaan itu selain membuka mata mereka untuk
melihat Dia, membuka hati mereka untuk membiarkan damaiNya masuk, membuka
pikiran mereka untuk menerima perintahNya. Dan pada akhirnya, ketika Dia berkata,
“Kamu adalah saksi dari semuanya ini”, mereka diharapkan untuk memberikan
tanggapan, “Ya, Tuhan”, lalu pergi dan mencoba untuk menjadi seperti yang
diinginkan Kristus.
Bagaimanakah
kita menjadi saksi Kristus? Dalam hal inilah kita harus belajar dari dua murid
Emaus tadi. Bukanlah dengan mengancam orang dengan api neraka yang kekal. Juga
bukan dengan memperdebatkan masalah-masalah teologis yang kontroversial.
Sederhana saja, kedua murid itu menceriterakan apa yang mereka alami secara
pribadi dalam perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit. Itulah berbagi atau sharing
dengan orang lain, mengapa kita menjadi Kristen. Sebagaimana St. Petrus
berkata: “… siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab
kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” (1
Pet 3:15).
Komentar
Posting Komentar