Menjumpai Kristus di dalam Ibadat Hari Minggu
Renungan Minggu Paskah II
Tahun B
Oleh Pastor Paulus Tongli, Pr
(Pastor Paroki Katedral Makassar)
Selama pekan suci kita sangat gembira dan
diteguhkan oleh hadirnya begitu banyak umat di dalam perayaan-perayaan kita.
Saya bertanya dalam hati, umat dari mana saja yang begitu banyak? Pada hari
minggu biasa, mereka semua itu ikut misa di mana ya? Seorang imam setengah baya
pada suatu hari minggu paskah melihat bahwa begitu banyak umat yang hadir pada
perayaan ekaristi paskah pagi itu. Dengan gembira ia menyapa umatnya sbb.: “Umatku
yang terkasih, karena banyak dari antara anda sekalian yang hadir saat ini baru
akan muncul lagi pada hari paskah berikut, maka sekarang saya ingin mengambil
kesempatan ini untuk mengucapkan selamat hari natal dan selamat tahun baru!”
Perbedaan antara jumlah umat yang menghadiri perayaan sekitar pekan suci dengan
jumlah umat yang hadir pada hari-hari minggu yang biasa begitu besar. Itulah
sebabnya banyak orang Kristen yang dijuluki orang Kristen pekan suci atau
setidaknya orang Kristen “bernapas”, orang Kristen yang hanya muncul pada
perayaan pekan suci atau sekitar natal dan paskah. Ada seseorang yang mengeritik pastornya
dengan mengatakan: “Saya telah menghadiri ibadat di gereja ini selama 3 tahun,
dan setiap kali kotbah pastor adalah tentang hal yang sama. Tidak dapatkah para
pastor itu berbicara tentang hal yang lain?” Ya orang ini telah 3 tahun
mengunjungi gereja itu, tetapi hanya pada hari minggu paskah pagi, sehingga ia
selalu mendengar kotbah tentang kebangkitan Kristus.
Mengapa begitu banyak orang Kristen yang tidak
menghadiri ibadat mingguan secara teratur? Jawaban yang dapat diberikan hanya
satu kata: keraguan atau krisis iman. Orang zaman kini, seperti juga orang
sepanjang zaman, memiliki kehausan dan kelaparan akan Allah. Mereka mencari makna
hidup, tetapi mereka menjadi ragu setiap kali jawaban akan pertanyaan
eksistensial ini dapat ditemukan di antara empat dinding tembok bangunan
gereja. Karena alasan ini banyak orang yang lebih suka menghabiskan waktu
mereka untuk kegiatan sosial, untuk bekerja, dan untuk hal-hal ilmiah daripada
untuk beribadat di gereja. Injil hari ini memberikan kepada kita sebuah contoh
orang yang demikian itu. Namanya adalah Thomas.
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu
itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat…. Pada waktu itu datanglah
Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka” (Yoh 20:19). Para murid berkumpul
bersama pada hari minggu, hari pertama dalam minggu itu. Karena para murid
adalah orang-orang Yahudi mereka menghadiri ibadat pada hari sabat (Sabtu) dan
pada hari minggu mereka berkumpul sebagai orang-orang yang percaya kepada
Kristus. Karena mereka berkumpul dalam namaNya, Yesus menampakkan diri kepada
mereka sebagaimana yang sebelumnya dijanjikanNya kepada mereka: “Di mana dua
atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku hadir di tengah-tengah mereka” (Mat
18:20). Dengan itu hari Minggu dikenal sebagai hari Tuhan, hari di mana Kristus
datang menjumpai dan menguatkan umatNya, hari yang istimawa untuk ibadat orang
Kristen. Maka, injil hari ini telah menggambarkan ibadat orang Kristen yang
pertama setelah kebangkitan Tuhan. Ibadat itu biasanya dilaksanakan pada malam
hari.
Jadi semua murid berkumpul untuk beribadat
bersama dan pantas diperhatikan bahwa Thomas tidak hadir. Di mana Thomas? Kita dapat
lihat bahwa Thomas adalah seperti orang-orang modern kini yang merasa tidak
perlu secara teratur menghadiri misa pada hari Minggu. Orang yang demikian
tidak hadir di gereja saat Yesus datang untuk menjumpai dan menguatkan umatNya
di dalam iman mereka. Akibatnya, mereka tetap dalam keraguannya. Tentulah para
murid memiliki keraguan. Tetapi karena perjumpaan mereka dengan Tuhan yang
bangkit pada ibadat hari Minggu itu, keraguan mereka telah diubah menjadi iman.
Thomas melewatkan pengalaman ini.
Tetapi sebagai orang bijaksana, Thomas tidak
ingin lagi untuk alpa dari perkumpulan orang percaya. Bacaan injil melanjutkan,
“Delapan hari kemudian (artinya pada hari Minggu berikut) murid-murid Yesus
berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara
pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! (Yoh 20:26). Kali ini Thomas dapat
ikut serta di dalam pengalaman kebangkitan. Saat itu juga kerajuannya diubah
menjadi iman dan ia jatuh tersungkur dan berkata: : "Ya Tuhanku dan
Allahku!” (ay. 28) Kini bertanyalah juga pada diri masing-masing, apa kiranya
yang terjadi seandainya Thomas tetap tidak hadir dan berkata: “Buktikanlah,
buktikanlah kepada saya bahwa Yesus sungguh bangkit, barulah setelah itu saya
akan datang”. Mungkinkah untuk membuktikan kebangkitan Yesus dengan
argument-argumen semata-mata? Kadang-kadang argument yang paling baik yang
dapat diberikan kepada seseorang yang ragu dan tidak percaya adalah satu kalimat
dengan 3 kata: “datang dan lihatlah”.
Datang dan biarkanlah Tuhan yang bangkit, yang
ada bersama kita di dalam ibadat ini, Tuhan yang hadir dengan sabdaNya dan di
dalam Ekaristi, biarkanlah Dia sendiri berbicara kepadamu dan menyentuh hatimu,
sehingga engkau tidak akan ragu lagi melainkan percaya. Bila engkau ragu,
ingatlah akan keraguan Thomas dan belajarlah dari pengalamannya sendiri.
Datanglah dan engkau akan melihat.
Komentar
Posting Komentar