Berdoa dengan benar secara Katolik
Mengapa kita berdoa?
“Prayer is the raising of one’s mind and
heart to God or the requesting of good things from God.” But when we pray, do
we speak from the height of our pride and will, or “out of the depths” of a humble
and contrite heart? He who humbles himself will be exalted; humility is
the foundation of prayer. Only when we humbly acknowledge that “we do not know
how to pray as we ought,” are we ready to receive freely the gift of prayer.
“Man is a beggar before God.” (CCC, 2559)
KGK 2559 “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan,
atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik”. Dari mana kita
berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke
bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa
yang merendahkan diri akan ditinggikan (Bdk. Luk 18:9-14). Kerendahan hati
adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa”
(Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di
depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Itulah
sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja Katolik. Berdoa adalah
getaran hati suara nurani yang menyapa Allah. Suatu permohonan dan syukur
kepada Allah. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan
suatu bagian penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa
daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan,
diteguhkan, ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa
bagi umat Katolik sangatlah penting mulai dari anak-anak hingga orang tua dan
kakek nenek tak terkecuali wajib berdoa. Namun berdoa macam mana yang benar
secara Katolik? Itulah yang menjadi pokok persoalan kita. Kemarin pada tgl 7 Desember
2010 ketika terjadi pertemuan darat tim katolisitas.org dengan para pengunjung
umat katolik di Jakarta, saya menyinggung perihal berdoa secara benar dan
katolik. Sudah banyak kali saya mendengarkan orang Katolik berdoa tidak sesuai
dengan iman Katolik. Doanya mengambang, intensi tidak berisi dan kesulitan
dalam mengakhiri doanya. Lalu bagaimana berdoa secara benar dan Katolik?
Menurut pengalaman rohani dari St Theresa dari Lisieux doa adalah:
“For me, prayer is a surge of the heart; it is a
simple look turned toward heaven, it is a cry of recognition and of love,
embracing both trial and joy” (suatu gelora, sentakan dalam hati, sebuah
penglihatan kembali untuk ke depan menuju tahta surgawi, sebuah jeritan
pengetahuan akalbudi dan cinta yang memeluk keduanya dalam suatu cobaan dan
sukacita (bdk. St. Therese of Lisieux, Manuscrits autobiographiques, C 25r.).
Berdoalah menurut pola ”Doa Bapa Kami”.
Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah
nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami
akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada
kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami
dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan
kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] (Matius 6:9-13). Dalam doa Bapa Kami
ada 3 pokok penting yang mendapat perhatian saat kita hendak doa: 1). Menyebut
nama Allah dengan atributnya (kemahakuasaan Allah). Menyapa Allah sebagai Bapa
yang sungguh dekat di hati manusia. Dia yang tidak jauh namun ada dan tinggal
di anatara kita sebagai Bapa kita. Memohon datangnya kerajaan-Nya di dunia. 2).
Intensi (permohonan) kita kepada Allah Bapa yakni rezeki setiap hari, kesehatan
jiwa dan badan. 3) Menutup doa dengan memohon agar dikuatkan iman kita sehingga
tidak jatuh dalam pencobaan. Terakhir setiap doa yang benar dan katolik ditutup
dengan rumusan panjang lengkap bersifat trinitaris Allah Bapa, Putera dan Roh
Kudus, atau rumusan pendek kristologis, yaitu “…. Demi Kristus Tuhan dan
Pengantara kami.” Pola doa Bapa Kami juga memberikan contoh kepada kita untuk
berdoa secara benar dan sungguh Katolik (di bawah artikel ini diberikan contoh
yang benar).
Sifat-sifat yang menyertai doa yang
benar:
a) Berdoalah dengan tekun.
Mintalah,
maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka
pintu akan dibukakan bagimu. (Matius 7:7). Yesus mengatakan suatu perumpamaan
kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak
jemu-jemu. Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan
Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang
selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam
hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun,
namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya
jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: “Camkanlah
apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan
orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia
mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (Lukas 18:1-7). Mereka semua
bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama,… (Kisah Para Rasul 1:14)
b) Berdoalah secara tersembunyi dengan rendah
hati.
Tetapi
jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah
kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Matius 6:6). Tempat tersembunyi yang
dimaksudkan dalam sabda Tuhan ini adalah di dalam hati. Hati adalah tempat kita
berjumpa dengan Tuhan. Kerendahan hati adalah dasar dari doa yang benar.
Berdoalah dengan rendah hati dan dengan pertobatan. Tetapi pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia
memukul diri dan berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” (Lukas
18:13).
c) Berdoalah dengan tidak bertele-tele.
Lagipula
dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak
mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan
dikabulkan (Matius 6:7). Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Lukas22:40).
d) Berdoalah dalam pribadi Tuhan Yesus.
Dan
apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa
dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku,
Aku akan melakukannya.” (Yohanes 14:13-14). Jikalau kamu tinggal di dalam Aku
dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan
kamu akan menerimanya (Yohanes 15:7). Berdoalah dengan iman dan keyakinan bahwa
doamu sedang dikabulkan. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu
minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan
diberikan kepadamu (Markus.11:24).
e) Berdoalah dengan kuasa dari Roh Kudus.
”Jadi
jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu,
apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang
meminta kepada-Nya.” (Lukas 11:13). ”Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang
dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu
diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.” (Lukas 24:49). ”Tetapi kamu
akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi.” (Kisah 1:8)
f) Berdoa itu mempersatukan umat beriman
dengan Allah Bapa.
Hal
ini ditekankan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus 3:18-21: “Aku berdoa
supaya kamu bersama-sama dengan semua orang kudus dapat memahami, betapa
lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat
mengenal kasih itu yang melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu
dipenuhi dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dia yang dapt melakukan jauh
lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan seperti yang ternyata dari
kuasa yang bekerja di dalam kita. Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di
dalam Kristus Yesus turun temurun sampai selama-lamanya”. Teks dari “Catechism
of the Catholic Church” (Katekismus Gereja Katolik) di bawah ini
menambah pemahaman kita tentang berdoa.
“In the New Covenant, prayer is the
living relationship of the children of God with their Father who is good beyond
measure, with his Son Jesus Christ and with the Holy Spirit. The grace of the
Kingdom is “the union of the entire holy and royal Trinity….with the whole
human spirit.” Thus, the life of prayer is the habit of being in the presence
of the thrice-holy God and in communion with him. This communion of life is
always possible because, through Baptism, we have already been united with
Christ. Prayer is Christian insofar as it is communion with Christ
and extends throughout the Church, which is his Body. Its dimensions are those
of Christ’s love” (CCC, 2565).
KGK 2565 Dalam Perjanjian
Baru, doa adalah hubungan yang hidup anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak
terhingga baiknya, bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus.
Rahmat Kerajaan Allah adalah “persatuan seluruh Tritunggal Mahakudus dengan
seluruh jiwa” manusia (Gregorius dari Nasiansa, or. 16,9). Dengan demikian,
kehidupan doa berarti bahwa kita selalu berada dalam hadirat Allah yang tiga
kali kudus dan dalam persekutuan dengan Dia. Persekutuan hidup ini memang
selalu mungkin, karena melalui Pembaptisan kita sudah menjadi satu dengan
Kristus (Bdk. Rm 6:5). Doa itu Kristen, sejauh ia merupakan persekutuan dengan
Kristus dan menyebar luas di dalam Gereja, Tubuh Kristus. Ia merangkum segala
sesuatu, sama seperti cinta kasih Kristus (Bdk. Ef 3:18-2).
Contoh doa pribadi yang benar dan
Katolik.
Allah Bapa kami yang mahabaik, kami
bersyukur untuk hari baru ini yang telah Kau anugerahkan bagi kami. Engkau
telah melindungi kami selama semalam yang telah berlalu dan memberikan begitu
banyak rezeki hingga saat ini. Kami mohon berikanlah kami hati yang sanggup
bersyukur dan hati yang selalu memberi kepada orang lain dari anugerah yang
telah kami terima daripada-Mu. Semoga kami sanggup melakukan itu dengan
menolong sesama yang berkekurangan. Doa ini kami sampaikan kepadamu dengan
pengantaraan Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup bersama Dikau
dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin. (Penutup
doa bersifat trinitaris: Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)
Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur atas penyertaanmu
sepanjang hari ini. Kami menyadari bahwa banyak kesalahan dan kekurangan telah
kami lakukan sepanjang hari ini. Kami mohon pengampunan darimu dan berilah kami
kekuatan untuk bangkit dari kesalahan kami. Semoga besok kami mampu menjadi
murid-Mu yang sejati. Karena Engkaulah Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan
berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin. (Penutup doa bersifat kristologis di
mana Kristus menjadi pengantara kita satu-satunya dan bersifat universal kepada
Allah Bapa).
Sumber :
http://www.katolisitas.org/berdoa-dengan-benar-secara-katolik/
Komentar
Posting Komentar