Apakah Engkau Mengasihi Aku?
Bacaan: Yohanes 21:1-19
Oleh: Paulus Tongli, pr
Kristus yang bangkit ditampilkan dengan
berbagai ceritera yang berbeda-beda di dalam Injil. Tetapi ceritera-ceritera
yang berbeda-beda itu memiliki satu maksut, yakni untuk menjelaskan dan memberi
kesaksian: bahwa Yesus yang telah disalibkan kini dengan cara yang baru dan
melampaui bayangan manusia hidup di dalam kemuliaan. Ceritera injil hari ini
juga memiliki maksud yang sama. Ada 3 poin penting dapat kita simpulkan dari
kutipan injil hari ini:
1.
Tempat perjumpaan
dengan Dia yang bangkit
2.
Undangan untuk ikut
serta di dalam perjamuan paskah bersama
3.
Tuntutan untuk
memberikan jawaban
Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit
merupakan suatu hadiah, suatu rahmat. Tidak semua orang bisa mengalami
perjumpaan itu. Hanya mereka yang terbuka dan percaya yang dapat mengenal Dia
di dalam perjumpaan. Yesus menampakkan diri kepada para murid. Itulah ketiga
kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya sesudah Ia bangkit dari
antara orang mati.
Perjumpaan terjadi kala itu di tengah-tengah
saat kesibukan sehari-hari, kala para murid berusaha untuk menangkap ikan. Karena
kata-kata-Nya, mereka melemparkan jalanya dan mereka menangkap ikan yang sangat
banyak. Dari kepercayaan, tumbuhlah di dalam diri mereka pengalaman paskah: mata
mereka terbuka dan mereka mengenalnya dan berkata „itu Tuhan“. Keterbukaan dan
kepercayaan menjadi unsur penentu. Kepercayaan atau iman memberikan kepekaan,
sehingga orang dapat mengenali dalam situasi tertentu sapaan dari Dia yang
bangkit, atau mengenal Dia lewat perjumpaan dengan orang yang tak dikenal.
Pengalaman paskah yang terjadi di dalam
keseharian ini akan menjadi model sepanjang jaman, bagaimana Yesus Kristus
kembali menjumpai kita: di tengah-tengah pengalaman harian di dalam pekerjaan,
di dalam perjumpaan dengan orang, tak disadari – namun juga sangat nyata.
Syaratnya adalah keterbukaan akan sapaan-Nya dan iman. Ia hanya dapat dikenal
dengan kacamata iman dan cinta, karena Ia sering menjumpai kita di dalam diri
orang asing.
Poin kedua yang penting di dalam kutipan
injil hari ini adalah undangan untuk ikut serta di dalam perjamuan paskah
bersama dengan Dia yang bangkit. Undangan untuk makan adalah sesuatu yang
sangat berarti, apalagi bila orang sungguh tidak memiliki sesuatu untuk
dimakan. Selain itu undangan tersebut sekaligus juga merupakan tanda keakraban
dan persahabatan. Jumlah tujuh orang murid yang hadir merupakan suatu jumlah
yang penuh atau sempurna, dan mewakili jumlah yang tak terhingga dari
orang-orang yang diundang ke perjamuan paskah. Demikian juga dengan jumlah 153
ekor ikan yang ditangkap jala para murid haruslah dipahami secara simbolis.
Angka-angka ini menunjukkan ciri universalitas dari gereja, yakni orang-orang
yang dipanggil atau diundang untuk turut serta di dalam persekutuan perjamuan
paskah. Dia yang bangkit telah menyediakan santapan paskah itu untuk kita. Perjamuan
ini mengingatkan kita akan perayaan ekaristi, di mana Ia sendiri menyerahkan
tubuh-Nya sebagai santapan.
„Marilah dan sarapanlah“ (ayat 12), undangan
Yesus ini untuk turut serta di dalam perjamuan paskah juga berlaku untuk kita
sekarang ini. Perayaan ekaristi setiap hari Minggu memungkinkan kita dalam iman
dan cinta dapat mengalami lagi dalam wujud roti dan anggur perjumpaan dengan
Tuhan. Perjumpaan di mana ia memberikan tubuh dan darah-Nya sebagai santapan.
Apa makna ekaristi untuk hidup kita? Ritus
pemecahan roti dapat menunjukkan hal itu. Bahwa Kristus telah membuka diri
untuk kita, agar kita semua mendapatkan bagian di dalam Dia. Kita memecahkan
roti sebagai peringatan bahwa Kristus membuka diri untuk kita, untuk
menyembuhkan semua yang terpecah dan tercabik di dalam diri kita, dan sebagai
tanda bahwa kita pun siap sedia membuka diri dan berbagi dengan sesama. Tuhan
yang tersalib dan bangkit dengan luka-luka-Nya adalah tempat hidup dan
penyembuhan.
Poin yang ketiga adalah tuntutan untuk
memberikan jawaban. Perjumpaan dengan Dia yang bangkit dan anugerah paskah yang
diberikan-Nya adalah pertanyaan akan iman kita, dan menuntut kita untuk
memberikan jawaban. Yesus bertanya kepada Petrus tiga kali. Dan pertanyaan ini
meminta jawaban pribadi. Pertanyaan akan kasih adalah pertanyaan akan
keputusan, keputusan pribadi. Dan kasih bukanlah masalah kata-kata, melainkan
masalah tindakan. Di dalam kehidupan kristiani kasih berarti, kesiapsediaan
untuk mengikuti Yesus, dan mengidentifikasi diri dengan-Nya. Itulah sebabnya
Yesus pada akhir kutipan injil hari ini berkata: „Ikutlah Aku“. Bila kita mengikutinya,
Ia akan menunjukkan kepada kita, apa yang harus kita lakukan. Bukanlah program
dari kita, bukan pula bayangan ideal atau landasan hukum yang kita susun
sendiri. Panggilan itu tidak dapat kita munculkan sendiri atau digantikan oleh
sekedar semangat yang menggebu-gebu. Semangat yang berasal dari dalam diri kita
sendiri suatu saat akan mengalami kejenuhan dan bahkan mungkin berubah menjadi
daya yang melawan dirinya sendiri. Pertanyaan yang diajukan: Apakah engkau
mengasihi Aku? Hubungan saling mengasihi mengandaikan keterarahan dari kedua
belah pihak. Kasih itulah yang menyebabkan suatu yang luar biasa dapat terjadi,
semangat yang tak terpadamkan, daya juang yang tak terbendung, bahkan sampai
pengorbanan diri. Itulah kasih yang total. Hanya orang yang dapat memberikan
jawaban pribadi dalam kasih dapat menjadi pengikut-Nya yang taat dan setia.
Jawaban apa yang dapat aku berikan saat ini?
Jawaban harus kita berikan secara pribadi. Kita hanya dapat memohon, semoga
jawaban Petrus juga dapat menjadi jawaban kita: „Tuhan, Engkau tahu segala
sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau“ (ayat 17). Amin.
Komentar
Posting Komentar